Whispers in the Dark [Wonhan]

105 9 0
                                        

Jeon Wonwoo as Oliver Cain/Yoon Jeonghan as Julian Hayes

Angst, Romance, Tragedy, Thriller/AU, Supernatural/NC-17

.

.

-<>-||-< Whispers in the Dark >-||-<>-

.

.

.

Kabut tebal khas pedesaan Inggris memeluk jalanan sempit itu seperti selimut basah, merayap di atas padang rumput hijau dan menelan pepohonan ek tua di kejauhan.

Di dalam kehangatan mobil Audi yang melaju pelan, dunia luar terasa sunyi dan terasing, hanya menyisakan suara mesin yang mendengung rendah dan gesekan pelan wiper kaca depan. Oliver Cain memegang kemudi dengan cengkeraman yang sedikit lebih erat dari biasanya. Rahangnya yang tegas tampak menegang, matanya yang tajam dan analitis terus memindai jalanan berkelok yang nyaris tak terlihat.

Perjalanan dari hiruk pikuk London menuju kedalaman Cornwall ini terasa seperti perjalanan ke masa lalu, sebuah dunia yang asing baginya. Di sampingnya, Julian Hayes duduk dengan tenang, jemarinya yang ramping menelusuri pola embun di kaca jendela. Rambut pirangnya yang sedikit berantakan membingkai wajahnya yang pucat, dan matanya yang berwarna violet menatap pemandangan berkabut dengan kekaguman seorang seniman.

"Ini seperti keluar dari novel Brontë." Bisik Julian, suaranya lembut, memecah keheningan di antara mereka.

"Misterius, melankolis... indah."

Oliver meliriknya sekilas, sebuah senyum kecil yang langka tersungging di bibirnya.

"Atau mungkin hanya cuaca Inggris yang menyedihkan seperti biasanya."

Julian terkekeh pelan dan mengalihkan perhatiannya pada Oliver. Tangannya bergerak dari jendela untuk mendarat dengan lembut di paha Oliver, mengusapnya dengan gerakan menenangkan.

"Kau tegang, Ollie!"

"Aku hanya tidak tahu apa yang harus kuharapkan." Jawab Oliver, nadanya datar, khas seorang detektif yang selalu menimbang semua kemungkinan.

"Aku bahkan tidak benar-benar mengenal Paman Ambrose. Ibu hanya menyebut namanya sesekali, selalu dengan nada... aneh."

Warisan itu datang tiba-tiba, seperti sambaran petir di hari yang cerah. Sebuah surat dari pengacara memberitahukan bahwa paman buyut dari pihak ibunya, Ambrose Blackwood, telah meninggal dunia dan mewariskan seluruh propertinya -- sebuah mansion bernama Blackwood Manor -- kepadanya, sebagai satu-satunya keturunan Blackwood yang tersisa.

Setelah berkendara selama hampir lima jam, GPS akhirnya mengumumkan tujuan mereka. Di depan mereka, menjulang dari balik selubung kabut, sebuah gerbang besi tempa yang tinggi dan berkarat berdiri megah. Ornamen sulur-sulur tanaman dan sosok gargoyle kecil yang menyeringai menghiasi puncaknya. Gerbang itu terbuka sedikit, seolah mengundang mereka masuk dengan enggan.

Oliver menghentikan mobilnya, "Kita sampai."

Saat mobil mereka berderak pelan di atas jalanan kerikil yang panjang, Blackwood Manor menampakkan dirinya sepenuhnya. Mansion itu adalah sebuah mahakarya arsitektur Victoria-Gotik yang menakutkan sekaligus memukau. Menara-menara runcingnya seolah menusuk langit kelabu, dan jendela-jendela gelap yang tak terhitung jumlahnya menatap kosong seperti mata-mata raksasa. Dinding batunya yang gelap ditumbuhi tanaman ivy yang merambat liar, memberikan kesan bahwa alam sedang berusaha merebut kembali bangunan itu.

"Wow..."

Hanya itu kata yang bisa keluar dari mulut Julian. Matanya berbinar, bukan karena takut, melainkan karena takjub.

A Book of (Un)happy TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang