GELANG PELINDUNG

94 13 5
                                    

Anne sudah duduk di dalam bis, tetapi pandangannya masih menangkap Miko yang berdiri di halte bis hingga bisnya benar-benar berjalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anne sudah duduk di dalam bis, tetapi pandangannya masih menangkap Miko yang berdiri di halte bis hingga bisnya benar-benar berjalan. Aneh rasanya naik bis lagi setelah bertahun-tahun lamanya ia tak memakai kendaraan umum ini. Namun, lebih aneh lagi rasanya melihat Miko berdiri di halte sementara bis berjalan, karena dulu ketika mereka SMA, Miko dan Anne selalu naik bis yang sama meskipun berbeda tempat duduk. Hari ini, dia naik bis sendirian.

Anne dan Miko memang hanya sebatas teman satu klub bela diri, tetapi baik Miko maupun Anne adalah orang yang sama-sama tak memiliki teman. Bedanya, Miko tak memiliki teman karena kemampuannya yang mengganggu, sementara Anne tak memiliki teman karena sikapnya yang menyebalkan.

Saat Anne hendak membuka layar ponselnya, ia melihat lagi gelang berbentuk jam digital warna hitam yang masih melingkar di lengan kirinya. Mungkin, sebelum mengembalikannya kepada Miko, ia harus mengerjai laki-laki itu dulu untuk memberi pelajaran karena sudah kelewat perhatian padanya. Jujur ini sangat mengganggu bagi Anne.

Notifikasi pesan Anne berbunyi tanda pesan masuk dari Miko. Entah kenapa Anne reflek langsung membukanya, padahal dulu ia termasuk orang yang sangat malas membuka pesan dari siapa pun setelah jam kerjanya usai. Meski dirinya selalu memegang ponsel.

Kalau udah sampai rumah, kabari aku ya, Ann…

“Kabarin? Emang dia pacar gue,” gumam Anne menahan tawanya, lalu menyenderkan tangannya di sisi jendela bis, mengabaikan pesan dari Miko.
Baru saja Anne menghela napas lega sambil menyenderkan kepala di senderan kursi, ponselnya berdering nada panggilan telepon dari Randy.

“Kenapa, Ran?” tanya Anne.

“Kamu dimana sekarang, Ne?” tanya Randy terdengar terdengar agak tinggi, Anne asumsikan ada nada kepanikan dalam suaranya entah karena apa.

“Aku, lagi di jalan pulang. Tadi aku izin pulang cepet karena ga enak badan,” sahut Anne pelan.

“Ne, aku tahu ga seharusnya aku bilang ini ke kamu. Tapi Pas Dirman bilang, tadi kamu minta izin ambil rekaman CCTV kemarin malam, aku lihat rekaman itu. Dan, aku rasa kamu harus bener-bener hati-hati kalau kamu ketemu orang itu,” ucap Randy seketika menegapkan posisi duduknya karena kaget.

“Kamu kenal laki-laki itu, Ran?” tanya Anne gugup.

“Aku belum yakin, tapi dari postur tubuhnya dan gerak-geriknya, aku yakin dia orangnya."

“Pelaku?” tanya Anne pelan sambil melirik ke sekitarnya memastikan tak ada penumpang lain yang tertarik mendengarkan percakapannya.

“Iya… pelaku. Ne, aku tahu kamu gak perduli sama kasus ini, tapi aku sudah bisa buktikan Pak Denni bukan pelakunya. Aku yakin pelakunya adalah orang yang sama, yang melakukan beberapa pembunuhan lainnya. Jadi, kamu harus jaga diri baik-baik, Ne. Apalagi dia sudah mulai mengawasi kamu.”

Anne menelan ludahnya, otaknya menggaris bawahi ucapan Randy mengenai pelaku yang kemungkinan besar sudah membunuh banyak orang sebelumnya. Namun, untuk apa orang itu mengeincar dirinya?

FALL INTO YOUR WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang