BUKAN CARA YANG TEPAT

85 13 3
                                    

Randy melirik jam tangannya sekali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Randy melirik jam tangannya sekali lagi. Hari ini ia sudah tak sabar untuk datang ke kantor dan mengumpulkan segala berkas mengenai pembunuhan Cintya yang ingin ia selidiki, karena polisi sudah kembali membuka penyelidikan. Namun, sejak pagi hingga menjelang sore ini, ia harus tertahan di kamar ibunya, menemaninya yang sedang sakit.
Meski begitu, tampaknya sejak tadi, rasanya Randy selalu menangkap basah ibunya tertawa-tawa sambil menatap layar ponselnya.

"Ma, Randy harus ke kantor sekarang, ya."

"Lho, Ran. Kamu serius mau ninggalin Mama? Mama masih sakit lho," sahut ibunya buru-buru menaruh ponselnya di meja dan membetulkan selimutnya.

"Ma, tadi cuma maagh Mama kambuh dan sekarang dokter juga bilang gak ada yang perlu dikhawatirkan. Mama istirahat aja yang cukup."

"Mama tuh bisa kambuh begini karena kepikiran kamu terus, Ran. Kenapa sih kamu nemenin Mama sehari aja? Toh, kan Papa kamu yang punya perusahaan, gak perlu panik begini dong," sergah ibunya sebelum Randy menyelesaikan kalimatnya.

"Tapi ini kan bukan perusahaan bisnis kaya temen-temen Mama. Ini tuh kantor firma hukum. Randy punya kewajiban untuk menyelesaikan kasus klien Randy. Tanggung jawab Randy bukan dengan perusahaan aja Ma, tapi -"

"Ya sudahlah, sana kamu pergi. Biarin Mama sendirian aja di sini. Overthingking lagi karena sendirian. Paling nanti Mama kambuh lagi," sahut ibu Randy sambil membalik posisi tidurnya membelakangi putra satu-satunya itu.

Randy menghela napas kasar. Jika sudah begini, ia tak bisa pergi. Mungkin ia bisa melawan ayahnya, tapi ibunya, Randy tak memiliki kekuatan untuk itu. Ia selalu luluh dengan permintaan ibunya. Meskipun sering menyimpan rasa dongkol di hati.

Yang bisa Randy lakukan sekarang, melakukan analisis manual dengan berkas seadanya melalui ponsel. Ia sudah berusaha untuk melupakan pemberitaan soal keluarga Cintya yang tak terima dengan kebebasan Pak Denni.

Sekarang ia hanya ingin fokus menangkap si pelaku asli dan membuktikan analisisnya benar.
Kalau pelaku pembunuhan Cintya, adalah orang yang sama dengan pelaku pembunuhan Diana, pembunuhan istri mantan klien Cintya, dan pembunuhan-pembunuhan lainnya.

***

Sudah pukul 21:30 WIB. Kedua orang tua Cintya masih berada di kantor. Bedanya, sekarang mereka berdiri di luar kantor, karena satpam sudah menutup kantor ini.

Mereka seolah bagian dari Cintya yang tak gentar untuk menuntut keadilan bagi mendiang putrinya itu. Dan Anne tak sanggup melangkahkan kakinya pergi dari mereka. Sejenak, rasa bersalah masih menghinggapinya. Ia selalu teringat Cintya, si wanita paling baik dan selalu berpikiran positif kepada semua orang.

Bahkan, Anne sering memarahi Cintya karena selalu mau saja dimanfaatkan oleh rekan kerja yang lain dalam hal apapun. Wanita itu selalu menganggap kita semua teman, dan sesama teman tak ada batasan.

Anne pernah ribut dengan Renna dan yang lainnya karena selalu meminta tolong hal-hal remeh kepada Cintya yang lama kelamaan membuatnya nampak jelas sedang dimanfaatkan.

FALL INTO YOUR WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang