Hampir jam sepuluh malam. Jaemin tengah membereskan kamarnya karena ulah Haechan yang kurang ajar. Mengeluarkan segala isi lemari nya, terutama lemari yang berisi Lingerie kesukaannya.
"Ini baju atau saringan tahu Na? Gimana cara makainya??" Ucap haechan sambil mengibarkan sebuah lingerie warna putih gading di hadapan jaemin siang ini.
Membuat jaemin terkekeh ketika ia mengingat perkataan jenaka haechan siang ini. Tidak seperti felix yang kerjaannya ngukur ranjang alias numpang tidur dikamarnya.
Jaemin ingat sesuatu, pada sebuah botol obat yang diberikan oleh Felix siang ini. "Campur aja ke minuman bokap lo, nyegerin kok"
Ah, jaemin kemudian menggeleng cepat. Dan membuang obat itu pada tong sampah di kamarnya. Rupanya felix telah mengetahui, karena jaemin pun menceritakan bahwa ia mencintai sang ayah.
Dirinya mendadak khawatir pada Jeno yang tak kunjung pulang. Dibukanya pintu kamarnya, kemudian berjalan mengambil helm di atas kulkas, untuk apa?
Jaemin berusaha untuk menyusul Jeno ke kantornya. Namun setelah ia berjalan ke ruang tamu, dilihatnya jeno diduk di sofa dengan kedua tangannya terlentang pada punggung sofa.
"Na, mau kemana?"
"Mau nyusul Dad, kirain Dad belum pulang"
Jeno terkekeh, kemudian mendekati Jaemin dan melepas helm itu kembali dari kepalanya. "Kesayangan Dad sudah makan?" Ujar Jeno sedikit mencondongkan badan, karena jaemin lebih pendek dari nya.
"Be—belum dad" jawab jaemin dengan suara terbata, Jeno melangkah membuka pintu rumahnya. Beberapa bungkus makanan siap santap tergantung sempurna di depan pintu nya.
Rupanya ia telah memesan makanan, pengertian bukan?
"Dad, akan mandi. Makanlah hmm?" Ucap jeno sembari menggandeng tangan jaemin, jaemin tidak melepas pandangannya dari seorang bertubuh atletis disampingnya. Dengan kancing kemeja setengah terbuka, memudahkan angin untuk menyibak dan memperlihatkan pahatan dada bidangnya.
Kini jaemin berusaha meneguk ludahnya secara mati-matian.
"Dad, belum cium Nana"
"Tapi Dad belum mandi?" Sangkal jeno
"Lah !!!!! Dad nggak sayang Nana"
"Bukan begitu sayang, kemarilah"
Cuupp
Mau tidak mau, Jeno harus melayangkan sebuah kecupan singkat pada anak kesayangannya ini. Kedua netra coklat Jaemin tampak membinar. Kemudian mendorong pelan tubuh Jeno menuju kamar mandinya.
"Dad, nana buatin susu ya?"
"Baiklah sayang, terimakasih ya"
Sebenarnya Jaemin sudah tidak tahan dengan lekuk tubuh sang ayah yang mengundang hasrat. Dibukanya lemari yang tertata rapi itu lebar-lebar. Dengan telaten dirinya mencari sebuah lingerie yang sekiranya cocok ia pakai malam ini.
"Kesalahanmu dad, ini semua salah mu bukan Nana!"
"Kenapa dad begitu tampan buat anakmu ini yang suka menggoda" kekeh jaemin.
Setelah ia menemukan costum yang tepat, jaemin kembali mengoreh tempat sampah kering di kamarnya untuk menemukan obat yang ia buang sebelumnya.
Kemudian dirinya berlari menuju dapur dan membuatkan susu coklat kesukaan Jeno. Tidak lupa ia menuang beberapa butir pil kedalamnya.
"Maafin Nana dad" cicitnya, kedua lubang cacat di pipinya terlihat jelas setelah ia mengumbar senyumnya. Diaduknya perlahan susu hangat di dalam gelas itu, gemericik air di dalam kamar mandi masih terdengar jelas. Yang ia tau, Kalau jeno mandi tidak pernah sebentar. Apalagi kalau malam hari seperti ini. Namun jaemin salah, beberapa saat kemudian, jeno telah membuka pintu kamar mandinya. Jaemin terpaksa lari tunggang langgang menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Jen 🔞 || REPUBLISH
Storie d'amoreHyperaktif dalam fiksi ini bisa jadi Binalaktif sesuai keinginan dan mood authornya Romansa || Humor || NOMIN || 18 || HOMO