Jaemin tidak enak badan hari ini, terpaksa ia mengurung diri di rumah. Sedangkan sesuai janjinya, Jeno akan menghadap Jaehyun untuk berkata sejujurnya bahwa ia mencintai anak adopsi nya.
Jeno dengan surai blonde yang menjadi ciri khasnya, kini telah memasak sebuah carbonara pasta kesukaan Jaemin, dengan parutan truffle di atasnya.
"Na, nggak mau makan?"
"Pahit dad, Nana nggak mau makan dulu"
"Tapi nanti kalo dingin nggak enak sayang, makan dulu ya hmm??" Jeno membujuk dengan memancarkan samoyed eyesnya, didepan jaemin yang masih meringkuk didalam gulungan selimut tebal. Padahal hari ini cuaca begitu panas.
Jeno menggendong paksa Jaemin, dirinya hanya memakai kaos kutang warna putih dengan celana kulot pendek hitam menutup bawahnya.
"Dad, Nana nggak mau makan" jaemin tampak membungkam mulutnya, seperti ketakutan akan makanan yang di depannya itu.
"Sedikit sayang, setelah itu kamu boleh minum obat"
"Nggak mau dad"
"Terus kamu mau makan apa hm?? Ayolah sayang, kamu harus sembuh biar bisa kuliah lagi" Jaemin memang sudah dua hari tidak berangkat kuliah. Haechan pun kesepian jika sahabat sejatinya ini tidak hadir untuk mengisi hari nya yang menjadi budak kesepian.
Jaemin tampak berpikir, entah mengapa dirinya semakin lengket saja dengan Jeno. Di peluknya bahu kekar itu, sambil sesekali mengecup jenjang leher nya. Kemudian jaemin berkata,,
"Nasi uduk sama bakwan rumah mpok Suran kayaknya enak Dad"
"Jangan lupa beliin Es Teh dad, nana mohon"
Jeno yang mendengar permintaan dari lelaki yang dicintai nya pun hanya mengangguk sambil mengecup singkat kelopak mata Jaemin.
"Itu tidaklah sulit, tunggu Dad kembali"
Jeno pun berlalu dari pandangan jaemin yang mulai menerbitkan senyumnya, dengan kepala menumpu di meja makan, jaemin menggeser pasta yang dibuat oleh Jeno untuk menjauh dari nya.
🐶❣️
"Mpok"
"Astaghfirullah, mas Jeno ada apa toh?? Masih pagi ini lho, mpok belum buka warung" suran yang saat itu hanya memakai daster batik selutut terperanjat ketika Jeno dengan seenaknya menyembulkan kepalanya di balik Etalase warungnya.
Untung saja, nasi di dalam dandang yang cukup besar itu tidak tumpah, karena saat itu suran sedang menyiapkan dagangan yang akan ia jual tentunya.
"Udah matengan belum mpok?"
"Matengan si udah mas, tinggal buka aja. Ada apa toh? Tumben banget pagi-pagi"
"Mau beli buat sarapan Nana mpok" ucap jeno sambil ngetuk-ngetuk etalase.
"Lho kok tumben ya, biasanya Nana nggak makan beginian loh? Apa lidahnya udah mulai konslet tah??" Suran yang saat itu menuruti atensi jeno pun mengambilkan satu bungkus nasi uduk dan beberapa potong bakwan. Tidak lupa Jeno membuat es teh sendiri, karena itu memang kebiasaan baginya ketika Jaemin masih di swiss.
"Jaemin sakit mpok, dimasakin pasta kesukaannya malah minta nasi uduk"
"Owalah, masuk angin atau gimana? Kerokin aja Jen, kalo kamu nggak bisa biar Mpok bantuin"
Jeno tampak berpikir, lalu ia menerima bingkisan nasi itu dengan menyodorkan selembar lima puluh ribuan. Baginya, Jaemin makan obat saja sudah termasuk beruntung, masalah kerokan bisa di lihat nanti bagaimana kondisinya setelah minum obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Jen 🔞 || REPUBLISH
RomantikHyperaktif dalam fiksi ini bisa jadi Binalaktif sesuai keinginan dan mood authornya Romansa || Humor || NOMIN || 18 || HOMO