Naeun, sosok yang begitu menyeramkan menurut Jaemin.
Wanita bersurai panjang dengan bodi nya yang sempurna kini telah berdiri menjulang di depan Jaemin yang tengah menggendong jisung.
Jaemin memutuskan untuk membeli kebutuhan rumah tanpa menunggu suami nya pulang. Dengan bantuan Taksi, jaemin meninggalkan desa menuju kota.
Naeun berjalan maju, pada jaemin yang mulai ketakutan. Ia memeluk tubuh jisung dengan erat. Bayi itu menangis, seakan memberikan pertanda bahwa hidup sang buna sedang berada di bawah sebuah naungan.
Yaitu, buah dari ancaman.
"Ma-apa maumu"
"Aku mau kau mati Na Jaemin!"
Seringaian khas keluar dari wajah naeun, mata hazelnya memerah dan membulat sempurna.
Langkah pun ia percepat, mendorong tubuh Jaemin hingga punggungnya membentur sebuah kap mobil.
Walaupun seorang perempuan, Naeun cukup kuat dalam mencekik leher Jaemin. Bahkan bayi jisung pun lolos dari tangannya.
Tangisan bayi jisung membuat atensi tukang parkir di depan mall itu memanggil seluruh penghuni di sana.
DUAGHH
"Kau pikir aku tidak bisa kungfu hah!"
Jaemin terlepas dari cekikan, menendang selangkangan Naeun yang saat itu hanya menggunakan dress mini.
Tubuh Naeun terpental, kemudian meringkuk diatas parkiran mall tersebut.
Jaemin segera mengambil Jisung yang menjerit kesakitan. "Maafin buna, maafin buna Nak" jaemin mengecupi kelopak mata anaknya.
"Mending nona masuk kantor satpam saja, kayaknya dia kehausan" kata si mas parkiran. "Biarkan dia menjadi urusan saya" imbuhnya sambil menunjuk Naeun.
"Kasian anaknya jadi korban, sebenarnya dia itu siapa. Kok berani nya nyerang secara tiba-tiba" cibir seorang wanita yang melangkahi kaki Naeun.
Tidak ada seorang pun peduli padanya, sekalipun dia adalah seorang perempuan yang harus di jaga martabatnya.
Tetapi bayi Jisung lah yang menjadi korban dan harus di selamatkan.
"Maafin buna, maafin buna yaa"
Jaemin mengambil ponselnya dengan gemetar, bagaimana nasib Jaemin nanti ketika Jeno mengetahui keteledorannya.
"Ha-hallo mass jeno"
"Hallo, nana ada apa sayang? Mass bentar lagi pulang, mau nitip sesuatu? Bagaimana dengan jisung? Sudah berapa kali menyusu hari ini hmm!?"
"Eemm, nana di Mall dekat kantor mass. Bisa kesini nggak mass, pulang bareng Nana"
"Lho kok___"
Tut
Panggilan dimatikan sepihak oleh Jaemin.
Tangis jisung perlahan mereda, walau masih terdengar isakkan karena mulutnya sibuk untuk menyusu pada buna nya.
Beberapa menit kemudian, sosok jeno muncul dari balik pintu pos satpam itu.
Wajahnya terlihat khawatir, apalagi akang parkir telah menceritakan semuanya.
Jeno tidak bodoh akan hal ini, sangat mustahil meraih sebuah kejujuran terlontar dari mulut jaemin yang sedang genting ini.
"Sudah kubilang, dan kau tidak mempercayai perkataanku buna"
Mendengar suara bariton sang papah, bayi jisung kembali menangis. Kedua bola mata nya menyisir pandang, pada sosok sang ayah yang perlahan menggendongnya.
"Maafin Nana mass, maafin Nana"
"Untung kamu nggak papa, coba kalo kamu beneran di bunuh sama Naeun. Hartaku loh buna, harta ku itu kalian berdua. Ngerti dikit bisa?"
Jaemin bersalah, sungguh ia merasa menjadi lelaki paling bodoh di dunia. Apalagi bayi jisung sampai lepas dari gendongan.
"Bikin yang modelan kaya jisung tuh susah!"
"Apa si mass, tiap malem juga kamu minta bikin terus!"
"Udah lah, ayok ke dokter. Takut jisung kenapa-napa, lehermu gimana? Punggung sama pinggul aman? Awas ya kalo nanti di genjot nggak bisa mendesah"
Hanya tonjok gurau yang diberikan Jaemin pada lengan suami nya.
Usai berterimakasih pada akang parkir, Jaemin berjalan membuntuti dominanya untuk pergi ke rumah sakit.
* * DADDY JEN * *
Jaemin melihat pemandangan yang begitu indah, ketika ia membuka mata.
Terlihat jisung tidur menelungkup di dada bidang sang papah, dengan selimut putih yang hampir menutupi punggung mungilnya.
Serta air liur bayi itu yang membentuk sebuah pulau di tempat ia menumpu kepalanya, yakni dada sebelah kanan.
Jaemin menyibak sedikit selimutnya, tubuh nya masih full naked karena adegan panas semalam.
Jeno kembali mengabsen prostatnya hingga subuh menjelang.
Jaemin mendekatkan tubuhnya, kemudian memeluk Jeno dengan erat. Jujur ia merasakan sakit di lehernya, tetapi baginya itu tidak seberapa dengan jisung yang terbanting di lantai.
Tuhan menyayangi nya, jaemin masih bersyukur akan hal itu.
"Buna,,"
"Ya mas, ada apa?"
"Tangan mass kesemutan"
Jaemin terperanjat, ketika mengetahui tangan Jeno bergerak di bawah kepalanya.
"Masf mass, buna nggak tau"
Jaemin tidak menyadari bahwa ia menggunakan tangan dominannya untuk bantalan.
Pantas saja, tangan jeno tidak memeluk jisung yang menelungkup diatasnya.
"Ehm, mass. Buna pengin masak rica-rica bebek tetangga deh"
Jeno merasa meledak otaknya setelah mendengar cuitan di pagi hari dari mulut suami manisnya ini.
"Beli bebek di pasar aja bun, jangan bebek tetangga. Nanti aku bisa di penjara"
"Tapi hasil mencuri itu enak mass"
"Buset! Nggak pernah loh aku ngajarin kamu nyuri, udahlah mas mau lanjut tidur"
Jisung menggeliat, menyesap kuat pentil coklat papahnya yang sudah basah akibat saliva nya.
"Kau lihat, ini ajaran mu buna. Nyusu sembarangan"
"Mana ada mass! Yang ada tuh si jisung mesum kaya kamu, dikit-dikit nyusu!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Jen 🔞 || REPUBLISH
RomanceHyperaktif dalam fiksi ini bisa jadi Binalaktif sesuai keinginan dan mood authornya Romansa || Humor || NOMIN || 18 || HOMO