Pagi ini Jaemin di kejutkan oleh kedatangan seorang teman, lagaknya centil sama seperti dirinya. Hanya bedanya, dirinya lebih cerewet dari jaemin jika sedang terang pikirannya.
"Napa gitu Na? Pulkam bukannya seneng malah ditekuk gitu mukanya, atau jangan-jangan lo datang bulan????" tudingnya sambil menunjuk jaemin yang sedang duduk di sofa, padahal ia saja baru datang.
"Paan si Chan, heran deh gue ama temen modelan kek elo???"
"Ya lagian muka lo kusut kaya tongseng kambing belum mateng? Atauuu nggak dapet Jatah dari Renjun ya ???"
Jaemin terasa di ejek oleh teman masa SMP nya ini, ia hanya bisa merotasikan bola matanya malas.
"Lagian ngapain lo kesini? Perasaan gue nggak nyuruh lo dateng??"
"Elah, emang lo nggak kangen sama aing ??? Aing teh kangen banget sama kamu Na" ujarnya sambil merangkul pundak mungil jaemin. Sedangkan sang empunya hanya bisa pasrah dan membalas pelukan itu.
Tiba-tiba Jeno melangkah panjang, menuju kedua insan ini yang masih menyalurkan rasa rindu nya. Dengan pakaian formal serta tas kantor yangvia genggam erat di tangannya.
"Papah berangkat Sayang, mungkin malam ini papah pulang agak telat, karena papah harus rapat" ucap Jeno sambil mengusap pucuk kepala sang anak.
"Hm!" Jawab jaemin datar saja. Tanpa memandang Jeno di depannya.
Sebenarnya ada apa dengan mereka, membuat haechan yang melihat tingkah sahabatnya ini ingin menepuk gurau jidat jaemin.
Setelah Jeno berlalu, Haechan menatap intens pada Jaemin saat ini yang sepertinya sedang dirundung rasa kesal.
"Bokap lo mau kerja, salamin kek, kasih senyuman kek atau cium pipinya kek. Bukannya diem kaya patung pahlawan di depan Paud!!" Ucap haechan dengan nada kesal. Sedangkan jaemin hanya sesekali melihat haechan dan kembali menatap kosong kesembarang arah.
"Nggak beradab lo Na jadi anak, bokap lo tuh kerja buat nyekolahin elo buat ngehidupin elo. Nggak gampang loh Na ngebesarin anak sendirian!!" lanjut Haechan setengah berteriak. Sedangkan lawan bicaranya hanya mendengus kesal.
"Kalo lo mau khotbah jangan disini deh" ucap Nana yang kemudian hendak beranjak dari duduknya namun Haechan mencekal tangannya.
"Lepasin Chan!!!" Jaemin meronta , cekalan haechan cukup kuat. Tidak sebanding dengan tubuhnya yang kecil.
"Atau ada sesuatu diantara kalian berdua???"
Tatapan mengintimidasi haechan mampu membuat Jaemin bungkam seribu bahasa yang kini telah duduk kembali di sampingnya.
"Na ! Jawab gue!!"
Jaemin menunduk, kemudian mengusap wajahnya kasar.
"Gu_gue suka sama bokap gue sendiri Chan" tutunya, dengan suara merendah beberapa oktaf. Sedangkan haechan yang bersiap menerima curahannya pun berubah menjadi pias.
"Serius Na?? Udah ngapain aja lo ke Om Jeno? Jangan bilang kalo lo memperkosa dia???"
"Sibuk lo ngurusin gue??!!"
"Lo nggak pernah cerita sama gue? Jadi ge ngga ngerti Na. Lo tuh kaya nganggep gue nggak pernah ada? Tau ga si lo?"
"Nggak gitu Chan, gue sekolah di Swiss tuh karena gue mau menghidar dari papah aja. Dan rasanya tuh gue kaya nyiksa diri gue sendiri" tutur jaemin yang kini mulai bersandar pada lengan sahabatnya itu. Kemudian beberapa saat kemudian bulir air mata menetes dari iris mata coklatnya, bahkan liukkan bulu mata disetiap kedipannya pun telah merunduk akibat air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Jen 🔞 || REPUBLISH
RomanceHyperaktif dalam fiksi ini bisa jadi Binalaktif sesuai keinginan dan mood authornya Romansa || Humor || NOMIN || 18 || HOMO