17. Im Bad Guy?

12.7K 514 13
                                    

📖📖

Tentu saja kehidupan Jeno dan suami manisnya belum menemukan titik terang. Sebelum Jeno mendapat restu dari papahnya, yakni Jaehyun hidupnya tidak akan tenang. Kerinduan Jaemin kepada bubu semakin bergejolak. Apalagi perutnya yang kian membesar menjadikan dirinya diliputi oleh keinginan yang selalu berbanding terbalik dengan keadaan. Jaemin selalu me-nomor satukan egonya, bawaan bayi memang seperti itu.

Jaemin benar-benar murung, ia bersembunyi di bawah meja makan. Meringkuk, tidak mau memandang suami nya yang tidak mau menuruti kemauannya.

"Kenapa nggak nunggu bayi kita lahir aja Na" ucap Jeno yang berusaha merendahkan tubuhnya, berusaha mengajak jaemin untuk tidak bersembunyi layaknya seekor anak tikus yang sedang di kejar oleh kucing.

"Mass nggak cinta sama Nana hikkss hikkksss"

"Ck! Bukannya gitu Na, mas cuma takut kalo terjadi apa-apa sama kamu"

"Mass selalu mentingin kerja dari pada Nana hikks hiksss"

Jeno semakin pening di buatnya, ditambah lagi tugas kantor yang cenderung membutuhkan kinerja otak dan tenaga nya.

"Mass, Nana kangen sama Bubu hikks" tangis Jaemin semakin kencang, bahkan ia mencakar tembok dengan menggunakan kuku nya yang panjang-panjang.

Jeno semakin khawatir dengan kelakuan absurd si manis. Dengan dua tangannya ia menarik meja makan itu dan mengangkat tubuh jaemin. Jeno memangku nya layaknya seorang anak yang kini menangis pada dada papahnya.

"Jangan nangis"

Jaemin memeluk tubuh kekarnya. Mencengkeram punggung Jeno yang saat itu hanya memakai kaos kutang warna putih.

"Baiklah, mass usahain biar kamu ketemu bubu hmm? Udahhh, udah jangan nangis ya? Sayangku,, cinta kuu hmmm!?" Diusapnya tengkuk jaemin dengan sayang, menyisir rambut jaemin dengan jemari kekarnya.

Jaemin tertidur, merasakan usapan yang begitu nyaman pada tubuhnya.

Setelah meletakkan tubuh Jaemin di kasurnya, jeno mulai merancang seribu cara agar dirinya bisa menemui bubu tanpa jaehyun mengetahui semua hal itu. Tidak lupa, persetujuan dari seorang Johnny sangat berpengaruh untuk keberhasilannya.

Karena bagaimanapun juga, Johnny adalah penyelamat dirinya dan juga Jaemin. Seorang pria yang ditakdirkan untuk mewarnai hari-hari nya.

Johnny menyuruh Mark untuk menolong Jeno, melalui telepon nya. Tentu saja kata terimakasih tidak ada henti nya Jeno ucapkan. Padahal, Mark telah kembali ke Kanada beberapa bulan yang lalu.

Petuah singkat namun berarti bagi Jeno yang akan mengorbankan kembali keberaniannya demi suami tercinta nya. Jeno kembali berjalan, memastikan suami manisnya sudah tertidur lelap. Kemudian ia berjalan menuju meja komputernya. Untuk menyibukkan diri karena profesinya sebagai presiden direktur memang tidak lah mudah.

🫶🏻🍑🐶

BEBERAPA HARI KEMUDIAN~~

Mansion kediaman Jaehyun tersorot oleh terangnya lampu mobil yang di kendarai oleh Jeno, dengan mark yang mulai gemetaran duduk di sampingnya.

"Sumpah dah, gue takut anjir" celoteh mark sambil meneguk minuman soda.

Bagaimana tidak? Masih terbayang ketika butir peluru menghunus kaki Jaemin kala tuannya di tangkap. Begitu juga penyiksaan yang di lakukan oleh bodyguard jaehyun pada putra semata wayangnya.

Jeno menghentikan mobilnya, berjalan meninggalkan mark yang masih menata hati nya untuk bertemu dengan Jaehyun tentunya. Mengetahui kedatangan Jeno membuat dua orang bodyguard mendekat padanya. Dengan sorot mata tajam, bodyguard itu berkata. "Apakah anda menyerahkan diri pada tuan kami?"

Jeno memandang datar pada dua orang berbadan atletis ini. "Aku hanya ingin menyampaikan kabar gembira untuk ayahku"

"Ayah? Huh,, bahkan ayahmu tidak lagi menganggapmu seorang anak! Atau jangan-jangan anda tidak tahan dengan kehidupan anda yang begitu sengsara tanpa bantuan ayah??" Ucap salah satu bodyguard dengan remeh.

Jeno mengangkat ujung bibirnya, mendengar derapan kaki seseorang yang berjalan menuju nya. Mark, menepuk bahu Jeno pelan.

"Ada baiknya jongos andalan seperti kalian tidak berdiri disini? Tempat ini tidak pantas buat kalian yang hanya haus duit! Pergilah, lakukan sesuatu yang berguna!" Ucap mark membelah jalan, kedua tangannya ia gunakan untuk mendorong bahu kedua  nya.

Kaki mark pun ia gunakan untuk menendang pintu kayu yang menghubungkan ruang tamu yang begitu megah. Mark yang tabiatnya adalah seseorang yang persetan dengan kebaikan, dengan angkuhnya ia melangkahkan kaki mencari sosok dimana Jaehyun berada.

Suara sepatu beradu dengan lantai nyaring di dengar oleh kedua indera pendengarannya. Jeno di belakangnya pun mengedarkan pandang, langkah yang paling bisa ia tebak. Jeno mengingat semua nya, dari aroma nya saja sangat mengundang perhatian.

"Mommy" teriak Jeno yang langsung berlari dan memeluk pria paruh baya yang berjalan ke arahnya. Pelukan yang begitu erat, air mata rindu yang menderai mengalir sempurna di ceruk pria paruh baya itu.

"Ka-kamu siapa?"

Dan kini, atmosfer disekeliling merea berubah. Begitu juga mark yang memisahkan tubuh Jeno dari pria yang disebut mommy itu.

"Tuan Taeyong, ini anakmu!" Sorot kekhawatiran dari mata mark di hadiahi oleh tatapan yang tidak terartikan dari sang lawan bicara nya.

"Anakku??" Ucap pria bernama Taeyong itu.

"Apa yang tuan Jaehyun lakukan padamu ??! Mengapa anda melupakan anak anda sendiri hah!!" Kedua tangan Mark mengguncang tubuhnya yang begitu ringkih dan kering.

"Aku punya anak?"

"Astaga!!" Mark tidak kuasa lagi, ketika melihat Jeno berlari menyusuri tangga rumahnya. Tujuan utamanya adalah bertemu dengan bubu, yakni Tuan Taeyong.

Jeno terus berlari hingga kini ia berdiri di sebuah pintu sebuah ruangan. Perasaan menyesal seorang anak yang meninggalkan bubu begitu saja terpahat di wajahnya yang mulai pias.

Apalagi mendengar suara desahan perempuan yang semula samar kini semakin jelas ketika jeno mendekati pintu itu dan perlahan memutar knop-nya.

Mata yang memiliki manik hitam legam itu pun terpejam ketika melihat sang ayah sedang menggerayangi tubuh seorang wanita. Jeno mengetahui siapa wanita itu.

"Naeun!!!!"

Seorang wanita yang nyaris saja di jodohkan dengan nya, kini berada di bawah rengkuhan Jaehyun.

"Keparat!!!!!" Teriak Jaehyun. Ia menyelimuti tubuh Naeun dengan selimut yang ada disana.

Kemudian berjalan keluar mengejar sang anak yang sudah berlari dengan menarik lengan bubu.

"Bubu, maaf kan anak mu ini hikkksss" ucap Jeno sambil menangis. Berbulan-bulan lamanya Jeno meninggalkan bubu dengan segala penderitaannya.

Ayah yang dicintai dan terkenal dengan parasnya yang rupawan ternyata lebih jalang dari nya. Wajah bubu pucat, dengan tubuhnya yang ringkih seperti tidak terawat.

Mark mengambil alih kemudi, membiarkan Bubu dan sang anak untuk menempati kursi belakang.
Kedua netra jeno begitu memicing, tidak menyangka apa yang telah ia lihat barusan begitu jelas di depan mata.

"Mommy, kau sudah makan?"

"Makan??? Eummm,," pria itu mengusap perutnya, menggelengkan kepalanya kemudian menatap ragu pada lelaki yang begitu asing baginya.

"Kalau kau belum makan, kau boleh memilikinya" jeno membukakan sebuah roti tawar rasa pandan untuk nya. Kemudian menyuapi nya dengan sayang.

Betapa terkejut hatinya, ketika melihat pria yang ia cintai seperti lumpuh di kabungi oleh keadaan.

"Kau terlihat kelaparan mommy" Jeno mengusap pipi bulat bubu dengan ibu jari nya. "Aku akan membawa mu pulang, kerumah ku"

Taeyong meluruskan pandangnya, seperti takut akan sesuatu menimpanya.

"Nanti jaehyun akan mengikatku,"

"Mengikatmu??"

"Aku tidak bisa , nanti aku mati di pukuli pakai sabuk" pundak taeyong bergetar kemudian tangis pun kembali pecah.

Tbc

Daddy Jen 🔞 || REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang