Sangat mustahil bagi seorang Jeno untuk tidak rindu pada suami yang sedang mengandung anaknya. Dirinya terus memandangi lockscreen nya yang terpampang jelas foto Jaemin yang menurutnya paling cantik sedunia. Tidak ada tandingan, tidak ada lawan.
Sudah hampir dua bulan, Jeno mengampu pada Johnny untuk memegang jabatan sebagai presiden direktur pada perusahaannya dibidang Pasar Dunia Konstruksi. Tidak heran kalau jeno sering lembur bahkan ia rela pergi pagi pulang pagi, semua itu ia lakukan demi si manis Na Jaemin dan Janin di dalam perutnya.
"Sebentar lagi papah pulang Nak" cicit Jaemin sambil menyulam sebuah sweater bayi berwarna biru laut. Dengan keterampilan tangannya, jaemin mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah kapan saja. "Buna udah masak, pasti nanti papah suka masakan buna" imbuhnya sambil tersenyum.
Jaemin duduk di kursi kayu, tepatnya di bawah pohon jambu depan rumahnya. Halaman rumah itu tampak asri, dengan anak-anak kecil yang sedang bermain game ala-ala pedesaan. "Kak nana, besok kalo bayi nya udah lahir mau dikasih nama siapa?" Kata seorang bocah perempuan yang melintas didepannya.
"Kita harus tau dulu sayang, bayinya cewe atau cowo" kata jaemin tanpa memudarkan sedikitpun senyum di bibirnya.
Tidak beberapa lama, mobil hitam Jeno memasuki pelataran rumahnya. Jaemin berlari kecil menuju Jeno yang kini telah turun dari mobilnya. Kaca mata hitam bertengger di hidung proporsionalnya, jaemin merasa bahwa dirinya adalah seorang pria yang sangat beruntung memiliki seorang kekasih yang parasnya sungguh tampan dan rupawan.
"Mass"
Jaemin meregangakan kedua tangannya, memberikan pelukan hangat pada suaminya yang baru pulang kerja.
Jeno terfokus pada jaemin yang mendongak sambil menerbitkan deretan giginya. "Kau tampak bahagia sekali sayang, ada apa hmmm??" Sambil berjalan, jeno tidak melepaskan genggaman, bahkan ia meremat pinggang jaemin sambil menggiringnya masuk ke dalam hunian sederhananya.
"Mau di peluk sama mas, boleh??"
"Lha kok pake nanya sayang? Sini?" Jeno menepuk paha kekarnya yang sudah duduk diatas sofa, jaemin dengan segera mendaratkan pantatnya disana kemudian menyenderkan kepalanya pada dada. Ditariknya rahang Jeno yang kini mulai mengecupi bibir mungil Jaemin.
Jeno mencecap, bahkan memainkan lidahnya di dalam mulut Jaemin yang tampak menikmati setiap kecupan yang diberikan. Kedua tangan Jaemin meremas tengkuk dan punggung jeno secara bergantian.
"Eenngghhh, mass maaf. Makan dulu ya, nanti masakan nana dingin___mmmphhhh"
Sepertinya gairah bercinta seorang Jeno telah bangkit, perlahan ia menggesekkan little Jeno yang sudah tegang pada bokong seksi nana yang duduk di atasnya.
Tatapan jaemin membuatnya Candu, jeno langsung menyelusupkan tangannya pada punggung polos jaemin lewat celah-celah kaosnya. Menarik sebuah tali miniset transparan yang selalu jaemin pakai, karena nipple nya yang semakin gembul saja semenjak kehamilannya.
Jeno masih bisa sadar, ia tidak mungkin menggauli kekasihnya di ruang tamu rumahnya.
Di gendongnya bridal kekasihnya menuju kamar. Dengan bantuan kakinya, pintu Kamar pun tertutup rapat. Jaemin mengalungkan tangannya pada leher sang dominan, sepertinya ia enggan untuk melepaskan bibir manis Jeno yang masih ia pagut hingga saat ini. Lidah mereka saling beradu, menciptakan beberapa utas saliva yang membasahi jenjang leher Jaemin di bawah Jeno yang kini mulai merangkak di atasnya.
Jaemin yang sudah dirundung rasa nikmat dengan tidak sabar pun memegang benda berurat Jeno dari luar celananya. "Mass" bulu mata lentik jaemin meliuk terkena angin, membuat jeno tidak tahan untuk mengecupnya berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Jen 🔞 || REPUBLISH
RomanceHyperaktif dalam fiksi ini bisa jadi Binalaktif sesuai keinginan dan mood authornya Romansa || Humor || NOMIN || 18 || HOMO