Tepatnya di minggu pagi yang cerah, Jeno rebahan di paha Jaemin.Mulut basahnya menerima keripik pisang yang disuapkan oleh suami kecilnya. Dimana mereka saat ini, pinggir kolam renang jawabannya.
"Enak mass?"
"Gurih kaya lubangmu buna, legit manis campur___Aaahhhhh sakit buna!" Jeno memegang abs nya, bekas cubitan tangan Jaemin.
"Anak buna, sini sayang" Jaemin Menyingkirkan kepala Jeno asal, menarik badan gempal Logan yang baru bangun tidur.
Logan menggantikan posisi papahnya. Anak itu tidak berjalan sendiri, ada sang abang yang selalu setia membawakan botol susu miliknya.
"Abang sini?" Jaemin menepuk tempat kosong di sampingnya, namun Jisung tetap beriskukuh untuk tidak bersuara.
Alih-alih tersenyum, anak itu malah duduk di samping papahnya. Menyenderkan kepalanya di lengan kekar sang papah.
Jeno sebisa mungkin menahan tawa, kemenangan berpihak padanya. Diliriknya Jaemin yang menatap kesal ke arahnya.
Jemari tebal sang papah pun mendekap jisung dari belakang, semakin membenamkan kepala anak itu pada lekukan dada.
"Kenapa hmm?" mata sipit Jisung kian mengembun. Entah syndrom apa lagi yang menimpa putra sulungnya ini, Jaemin memilih pergi.
Diam-diam Jaemin menguping pembicaraan mereka dari ambang pintu. Jaemin memasang pendengaran setajam mungkin.
"Papah, bentar lagi Jisung ultah"
"Hmmm,, kamu pikir papah lupa sama ultah abang hmm??" Jeno mengusap rambut lebat sang anak.
Tidak seperti biasanya, Jeno pun tertegun mendengar perkataan sang anak yang sepertinya ada sesuatu yang ingin di ucapkan.
Lagi seru-seru nya perang batin, kepala Jisung menengadah melihat papahnya.
"Jisung mau jalan sama papah"
"Oo— ohh ya, ya ayoo sayang. Mau kemana kita hmmm??"
Jeno merasa bersalah, selain memiliki Nana ia pun lupa bahwa kedua anaknya membutuhkan perhatian dari nya.
Tapi kenapa Jisung baru bilang? Atau memang Jeno—lah yang tidak pernah peka terhadap anaknya.
"Mau sama buna atau hanya kita berdua hmm?" Finalnya.Jeno membantu sang anak bangkit menuju kamar. "Biar papah siapin baju buat abang, kita berangkat sekarang"
"Tapi kalau papah sibuk, bisa lain waktu kok" mata jisung bergetar, namun anak itu berusaha menahan agar tetap menjadi jisung yang kuat.
"Tentu saja tidak, papah ganti baju dulu ya sayang" —huh, Jeno ngelus dada setelah melenggang keluar dari kamar Jisung.
Hampir saja bendungan di mata nya jebol membasahi pipi nya.
Jeno di kagetkan oleh Jaemin yang ternyata sudah menyiapkan pakaian untuknya.
"Kenapa ya bun, kok aku ngerasa salah sama anak aku"
"Kamu terlalu bucin sama aku mass" jaemin menahan senyumnya, tetapi memang itu kenyataannya.
Logan melihat sang papah yang sedang menatap lekat pada sang buna pun membuang gas amatirnya tiba-tiba. Anak itu berlari keluar dari kamar setelahnya.
Jaemin tau itu ulah Logan, yang melindungi nya dari tatapan mesum sang papah.
🤍
Rupanya, Jisung minta di antarkan ke perpustakaan terbesar di kotanya. Anak itu berjalan menyusuri setiap rak berisi buku dan alat arsiparis yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Jen 🔞 || REPUBLISH
RomanceHyperaktif dalam fiksi ini bisa jadi Binalaktif sesuai keinginan dan mood authornya Romansa || Humor || NOMIN || 18 || HOMO