Enggak mungkin dong Jaemin tidak menemui mamih yang telah melahirkannya. Hari ini ia memutuskan untuk ke rumah winwin. Membawa bayi jisung tentunya.
Jeno menatap lelaki manis di sampingnya ini yang sedang mengandung anak ke-dua nya. Begitu antusiasnya, sedangkan bayi jisung duduk di jok belakang. Terkantuk-kantuk di temani oleh boneka anjing dan saliva nya yang berceceran pada paha dan kaos nya.
Rumah winwin terlihat sepi, jaemin berlari kecil setelah membuka pintu mobilnya.
Meninggalkan bayi jisung yang menikmati tidurnya.
"Mamih, mamih!! Mamih winwin!" Jaemin memanggilnya tanpa ada rasa ragu lagi.
Mengingat johnny yang sudah diam-diam menceritakan semua nya pada winwin, bahwa bayinya yang dulu tidaklah hilang. Melainkan dirawat oleh tangan yang benar.
Winwin menyembulkan diri nya dari balik pintu, bersama seorang pria yang pernah Jaemin temui sebelumnya, Xiaojun.
"Mamih!" Jaemin memeluk erat lelaki itu.
Dengan tangisnya, winwin merasakan betapa hangat nya pelukan dari seorang anak yang sudah lama menghilang dari hidupnya.
"Sayang"
"Mamih, nana kangen"
Winwin memandang pahatan wajah jaemin yang begitu sempurna, cantik seperti dirinya sewaktu muda.
"Papah dimana?"
Hal yang jeno takutkan pun Jaemin ucapkan, kedua netra nya melebar. Jeno menyapu pandang, apakah sosok Yuta ada disana?
Jawabannya adalah tidak. "Mamih mu ini seorang Janda Kesepian, mamih tidak tau dimana papahmu. Maafkan mamih" winwin menunduk.
Mendengar kabar itu membuat nyawa jeno kembali lagi. Dirinya mengelus dada sambil membuang nafas lega.
Jeno mengangkat tubuh jisung, anak itu sedikit memberontak. Tetapi setelah mengetahui wajah sang ayah, senyumnya pun terbit. Menampakkan kedua gigi ompongnya yang begitu terang.
"Mom, lihatlah cucu mu" ucap Jeno. Kemudian membawa tangan satunya untuk mengusap perut Jaemin. "Yang di dalam pun satu" terangnya.
"Jarak nya begitu dekat ya?" Kedua mata winwin menyipit, seiring dengan senyumannya yang begitu bening di pandang.
Xiaojun mempersilahkan mereka masuk, rumah itu memang tidak terlalu mewah. Namun terlihat damai dan begitu bersih.
"Pakai celana dulu sayang aduh, nanti kalo terong belanda mu di cocol sama soang bisa hilang loh !!" Teriakan begitu nyaring tertangkap oleh indera pendengaran mereka.
Suara Hendery, mengejar putra semata wayangnya yang tidak mau memakai celana.
Anak itu bernama Yangyang, usianya 4 tahun. Dia terus berlari hingga duduk di pangkuan Xiaojun.
"Mamih mamih, ada henderysaurus" adu nya pada Xiaojun.
Kedua mata sipit yangyang memicing kaget, melihat di ruang tamu ternyata ada orang yang begitu asing baginya.
Jeno yang memperlihatkan deretan giginya serta Jaemin yang sedang memangku Jisung.
Yangyang sontak menangkup gundukan bagian selatan miliknya, meloncat dari sofa dan mengunci dirinya di dalam kamar.
Bisa dipastikan, itu adalah buah kelakuan absurd kedua papahnya. Jeno berlari mengikuti yangyang, sangat menggemaskan bukan.
"Dunia begitu sempit ya??"
"Loh???? Mark!!!" Pekik Jaemin ketika sosok Mark berjalan masuk dengan Haechan. Perut Haechan tampak besar, dengan daster beruang membalut tubuhnya.
Memang Jaemin sudah lama pindah ke kota, namun ia sama sekali belum menemui haechan. Hanya renjun, itupun secara kebetulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Jen 🔞 || REPUBLISH
RomanceHyperaktif dalam fiksi ini bisa jadi Binalaktif sesuai keinginan dan mood authornya Romansa || Humor || NOMIN || 18 || HOMO