Jaemin masih ingat terakhir kali dirinya mendatangi kantor Jeno adalah disaat ia masih duduk di bangku SMP, sekarang semua tampak berbeda. Lebih indah dan luas tepatnya. Jaemin tidak lepas dari tatapan takjubnya, apalagi semua pekerja yang ada disana ramah-ramah. Lebih banyak yang mengagumi dirinya, apakah karena mereka lupa bahwa yang berjalan dengan CEO nya itu adalah Nana Jaemin???
Atau mereka tidak mengingat sedikitpun bahwa lelaki manis seperti jaemin sekarang ini dulunya terkenal cupu dan lebih tepatnya seperti anak kecil. Dengan pizza face nya, dengan phobiannya terhadap keju dan buah semanis strawberry!? Oh, kini tidak lagi!
Kalau kata Haechan, angin swiss merubah segalanya..
Dengan satu tangannya meremat jas jeno bagian belakangnya, jaemin berjalan layaknya seorang anak kucing mengikuti induknya.
"Ruangan Dad kini berada di lantai 7 sayang" ucap Jeno sewaktu mereka berada di dalam Lift menuju ruangannya. Tiba-tiba jaemin menoleh pada Jeno dan mencium pipinya kilat.
"Dad, nana nggak gangguin Dad kan??" Cicitnya. Karena mengetahui ia menjadi objek pandangan utama semenjak dirinya melangkah memasuki kantor.
"Tentu saja tidak sayang? Apa kau merasa terganggu??" Jeno berbalik tanya, nada lembutnya mampu membuat jaemin memberikan sekelumat senyuman. Kemudian ia menggeleng pelan.
Lift pun terbuka, pemandangan pertama yang tertangkap oleh kedua mata Jeno adalah Mark yang terlihat tersenyum mengejeknya.
"Kamu di ruangan saya sedang apa?"
"Wah, kalian ini seperti pengantin baru saja" kekeh mark sambil mengamati penampilan jaemin dari ujung kaki hingga kepala.
"Jaga mulutmu, Markli" kata Jeno, mengepalkan tangan. Siap menonjok mulut siapa saja yang mengecoh perangai nya.
Nampaknya jeno mulai memperlihatkan sifat aslinya, pada siapa saja yang mengganggu orang yang disukai nya. Terutama Na Jaemin.
Jaemin berjalan mendahului mereka, mendaratkan pantatnya disebuah sofa putih di ruangan Jeno yang cukup luas dan tertata rapi.
"Well. Karena anda telat, menghadaplah pada tuan Jaehyun saat ini" seru mark tanpa basa-basi, kemudian ia mengambil tas kerja dan jas hitam dari tangan CEO nya tersebut.
"Jongos andalan" ucap jeno sedikit kesal, untuk apa Jaehyun di kantornya? Apa hanya karena ia telat???
Jeno yang telah meninggalkan ruangannya membuat Jaemin kembali ditemani rasa sepi, begitu juga Mark yang telah berlalu dan kini hanya dirinya duduk seorang diri.
Jaemin berjalan sensual, mengamati setiap sudut ruangan. Menyentuh setiap property di meja kerja jeno dengan jari lentiknya. Kini senyuman kembali tercipta, melihat foto masa kecilnya pada sebuah frame tepat di depan komputer.
"Foto ini masih ada"
"Sayangg"
"Uhh, Dad kau sudah kembali"
Dengan entengnya Jeno mengangkat jaemin untuk duduk di meja kantornya itu, memunggungi sebuah frame yang baru saja ia amati.
Cuppppp _ mmmmpphhh
"Daddy, ini kantor"
"Siapa yang bilang ini hotel berbintang sayang??" Jeno kembali meraih ciumannya, nafsunya terlihat jelas untuk saat ini.
"Nggh Dad, apakah kakek disini?"
"Ada apa? Apakah kamu takut??" Ucap jeno, menyelipkan rambut jaemin pada telinganya.
"Nanti kalau kakek tau bagaimana dad??" Ucap jaemin dengan nada takut.
"Kau pikir aku takut????" Sangkal Jeno, kembali mencium bibir ranum jaemin selembut mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Jen 🔞 || REPUBLISH
RomansaHyperaktif dalam fiksi ini bisa jadi Binalaktif sesuai keinginan dan mood authornya Romansa || Humor || NOMIN || 18 || HOMO