Chapter 17 : Rumah sakit

134 11 0
                                    

“Aku tidak menunggu apalagi mengharap,
        Biarkan aku mengagumimu dengan
       ikhlas, dari waktu itu, sekarang, dan
             sampai rasa ini habis dengan
                                 sendirinya”
                       -gadis kecilmu dulu-

___________________________________

*Brakkkkk!!!

“Astaghfirullah” teriak mereka.

“Heh lu mau ngapain?” tahan Satria saat Nayana hendak berlari menolong orang yang tertabrak itu.

“Mau gue tolong lah anjir masih nanya lagi” kata Nayana cepat.

“Na ntar lo yang jadi tersangka, soalnya yang nabrak aja udah lari Na” risau Satria.

“Gapeduli gue. Kasian banget itu” Gadis itu segera berlari menerobos hujan lebat yang sedang mengguyur kota pagi itu. Satria yang melihat itupun mengikuti Nayana.

“Ibu gapapa? Ada yang luka?” tanya Nayana sembari mengecek nafas ibu-ibu yang menjadi korban tabrak lari itu. Dulu semasa SMP ia sempat menjadi anak PMR, jadi ia paham harus berbuat apa sekarang.

“T-tolong” kata sang korban dengan nafas nya yang satu-satu itu.

“Sat bawa kerumah sakit ayo!” panik gadis itu. Satria memberhentikan mobil yang kebetulan lewat disana. Untung saja ia menolong dengan suka rela saat Satria menjelaskan bahwa telah terjadi tabrak lari tadi.

***

Mereka sudah dirumah sakit sekarang. Ibu tadi sedang ditangani oleh dokter. Nayana dan Satria menunggu di lorong rumah sakit itu. Nayana cemas, ia teringat dengan Mama nya. Bagaimana jika yang didalam adalah ibunya? Sudah dipastikan Nayana tak bisa berfikir jernih sekarang. Semoga Mama sama Papa baik-baik aja, batinnya.

“Dengan keluarga pasien?” tanya seorang Dokter yang baru keluar dari ruangan dekat mereka menunggu.

“Sat gimana nih?” bisik Nayana.

“Iya Dok. Itu Tante saya” kata Satria. Nayana menghembuskan nafasnya lega. Untung pintar.

“Begini, luka pasien tak ada yang mengkhawatirkan hanya ada beberapa luka kecil saja di dahi dan tangannya. Ia hanya shock karena kecelakaan tadi. Kalau ingin menjenguk satu-satu ya, agar tidak menggangu kenyamanan pasien” jelas sang dokter.

“Baik dok” kata mereka serempak. Dokter itupun pergi meninggalkan mereka.

“Na lo masuk duluan gih, biar gue urus administrasi nya dulu” kata lelaki itu. Nayana mengangguk mengiyakan.

*Cklek

Saat ia membuka pintu itu, Nayana disambut dengan senyuman hangat korban tadi. Ia membalas dengan senyum manisnya.

“Eumm ibu udah enakan?” tanyanya.

“Sudah nak. Terimakasih banyak ya, saya gatau kalo gaada kamu gimana nasib saya sekarang. Mungkin sudah mati ditengah jalan” katanya mencoba membayangkan nasib nya tadi.

“Astaghfirullah, jauh-jauh Bu. Iya Bu sama-sama. Saya nolong ibu gak sendirian kok sama temen saya juga tadi hehe” jelas Nayana. Ia tak mau ibu ini salah paham berfikir hanya ia yang menolong nya, Satria juga ikut tadi.

“Ooh begitu. Sampaikan terimakasih saya juga kepada teman kamu ya” pesannya.

“Siap Bu. Oh iya keluarga ibu sudah ada yang tau? Saya mau nelpon tadi takut gak sopan soalnya ambil handphone ibu” kata Nayana tak enak.

INSECURE (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang