Chapter 21 : Pomade

129 13 1
                                    

"Nayana!" teriak Darren dengan setengah berlari menuju gadis yang sedang berdiri didepan halte sekolah nya.

"Lo balik sama siapa?" tanya nya saat tiba dihadapan Nayana.

"Nih bareng Okta" tunjuk Nayana pada sahabat nya yang sedang mencuri-curi pandang kepada Darren itu. Okta masih kesal perihal Darren yang mengatai nya bisu tadi, untung ganteng.

Darren mengangguk kan kepalanya. "Balik bar-"

"Gue duluan ya Na, uda dijemput doi" izin Okta pada Nayana dengan memelankan suara nya saat menyebut kata 'doi' tadi.
Nayana mengangguk. Ia sudah terbiasa dengan Okta yang pulang tiba-tiba bersama teman lelaki nya. Okta itu famous, selain cantik ia juga memiliki teman lelaki dimana-mana. Tak seperti Nayana, hanya memiliki beberapa teman lelaki itupun tak akrab seperti Okta, hanya sebatas mengenalnya saja tak sampai diantar pulang seperti itu.

"Nah mending balik sama gue aja" ajak Darren.

Nayana terdiam. Ingin menerima ajakan Darren tapi takut merepotkan lelaki itu, arah rumah mereka juga berlawanan. Tapi jika tidak, ia pasti akan pulang sendirian. Ini sudah mendung. Awan hitam sudah terlihat diatas sana.

"Gak ngerepotin Ren? Rumah kita arahnya beda" kata Nayana tak enak.

"Gak sama sekali Na. Malah gue seneng direpotin sama lo" katanya seraya tersenyum manis kepada gadis itu. Nayana balas tersenyum, ia pun mengangguk mengiyakan ajakan pulang bersama itu.

Darren membawa mobil. Ia sengaja tak membawa motor karena memang niatnya ingin mengajak Nayana pulang bersama. Mobil itu melaju dengan kecepatan rata-rata. Tak henti-hentinya Darren tersenyum sepanjang mengemudi, bahagia sekali rasanya bisa pulang sekolah bersama Nayana.

Semenjak pertemuan pertama mereka di hotel kemarin, Darren sudah menemukan pengganti masa lalu yang membuat nya sakit hati itu. Dia, Nayana Refania.

"Gavin siapa lo Na?" tanya Darren memecah keheningan didalam mobil itu.

"Temen sekelas" jawab Nayana singkat.

Lelaki itu mengangguk. "Soal temen-temen gue tadi, gue minta maaf ya. Jangan didengerin" kata Darren tak enak. Ia berjanji akan menghajar habis-habisan lelaki itu, tak peduli kalau itu adalah teman barunya. Ia tau, mereka berteman dengan Darren karena ingin ikut famous sepertinya. Buktinya saja dihari pertama sekolah, Darren sudah menjadi pusat perhatian dan perbincangan siswa-siswi di sekolah mereka.

Nayana terdiam kembali memikirkan kalimat lelaki tadi. "Gapapa, uda biasa" katanya. Toh ini bukan pertama kalinya Nayana mendengar kalimat seperti itu dari seorang lelaki. Mau sakit hati, tapi rasanya hatinya sudah mati.

"Uda biasa? Biasa gimana?" heran Darren. Kalau sudah biasa, berarti bukan pertama kalinya bagi Nayana. Lelaki mana saja yang sudah mengucapkan kalimat yang membuat gadisnya sakit hati. Eh bentar, gadisnya?

"Lupain. Btw makasih ya dream catcher sama diary nya, gue suka" kata Nayana berusaha mengalihkan percakapan. Ia tak mau berlarut-larut memikirkan kalimat lelaki itu.

Darren mengangguk tersenyum. Ia pikir Nayana tak akan suka dengan hadiah random yang ia asal ambil di salah satu toko saat ke mall seorang diri sebelum pergi kerumah Nayana. "Gue seneng kalo lo suka" Darren menatap mata itu sepersekian detik karena Nayana segera mengalihkan tatapannya.

INSECURE (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang