*Flashback on
"Mau permen gak?" tawar seorang bocah SMP yang 2 kancing teratas dari seragamnya sudah terlepas.
Nayana yang sedang mencatat materi dari papan tulis itu seketika mengalihkan fokusnya. "Buat gue?" tunjuk gadis itu bingung pada dirinya.
Lelaki itu mengangguk. "Gak pedes kok, percaya deh" katanya berusaha meyakinkan. Ia tau gadis itu tak bisa makan pedas.
"Pedes gak pedes apapun itu asal pemberian lo pasti gue terima kali" sahut Nayana, dalam hati.
"Ini semua buat gue?" tanyanya hati-hati. Pasalnya bocah itu menawarkan 3 buah permen yang sama pada telapak tangannya.
"Iya biar lo gak bosen. Gih ambil" suruhnya pada Nayana yang masih terdiam itu.
"Makasih ya" kata gadis itu sembari tersenyum. Ia mengambil dengan hati-hati permen-permen itu.
"Suka banget kayanya sama ni permen" celetuk Nayana. Hampir setiap hari ia melihat bocah itu memakan permen yang sama.
"Iya! Ini permen kesukaan gue. Suka banget pokoknya. Mama selalu stock permen ini dirumah karena tau ini favorit gue. Jadi setiap pergi sekolah gue bawa deh" jelas bocah itu dengan semangat.
Nayana menganggukkan kepalanya seolah mengerti. Pantas saja disetiap kesempatan ia selalu melihat lelaki itu membawa banyak permen di saku celananya. Bukan kali pertama Nayana mendapatkan permen itu dari dia.
"Lo tau gak apa yang lebih indah dari bunga?" celetuk bocah itu tiba-tiba.
Gadis itu menggeleng dengan wajah penasarannya. "Apa?" sahutnya sambil membuka permen itu.
"Tulisan lo" puji lelaki itu diakhiri dengan senyum miliknya, seolah meyakinkan. Lelaki itu memandang kagum rentetan kalimat yang tertulis rapi dihadapan Nayana.
"Hah? Masa iya?" ucap Nayana tak percaya. Tak dipungkiri ia juga tersenyum karena perkataan bocah itu.
Bocah SMP itu mengangguk semangat. "Beneran! Gue kalo liat lo nulis serasa liat orang lagi ngukir. Cantik!"
"Haha iya dong! Siapa dulu yang nulis" bangga gadis itu pada dirinya. Nayana berusaha untuk tetap terlihat biasa saja. Padahal ingin sekali ia tersenyum lebar akibat pujian itu.
"Gue punya tebak-tebakan nih, mau tau gak?" tawar bocah itu.
"Boleh deh, apa coba?" jawabnya dengan jantung yang berdegup kencang. Selalu seperti ini jika sedang berkomunikasi dengannya. Terkadang ia ingin tak membawa hati atas apa yang bocah itu katakan. Tapi apa daya, gadis itu terlalu perasa.
"Lo tau gak apa yang lebih manis dari gula?"
"Apa? Lo mau gombal lagi? Bilang kalo yang lebih manis dari gula itu senyum gue? Udah ketebak kali" sarkas Nayana.
Lelaki itu tertawa mendengar penuturan Nayana. "Salah! Yang bener itu madu" katanya yang membuat Nayana terdiam sejenak.
Gadis itu tersenyum tipis. Dugaannya ternyata salah, bukan ia yang dimaksud.
"Lo tau gak apa yang lebih manis dari gula?" ulang Nayana dengan pertanyaan yang sama."Apa coba?" sahut bocah itu. Ia menaruh tangannya dibawah dagu seolah menopang wajahnya.
"Setiap awal pertemuan manusia"
Flashback off*
"Awshh" seru Nayana tiba-tiba. Gadis itu sedikit terhuyung kebelakang. Jika ia tak bisa menyeimbangkan tubuhnya, dapat dipastikan Nayana sudah terjatuh sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE (On Going)
Teen FictionIni tentang gadis yang menjadi pengagum rahasia seorang lelaki bertahun-tahun lamanya. Tak ada satupun orang yang tau akan perasaan nya termasuk teman dekatnya. Seorang gadis biasa yang hanya bisa memendam rasa. Nayana Refania ,gadis yang jauh dar...