Chapter 13 : Deep talk with Gavin

203 17 0
                                    

       "Jika semesta mempertemukan kita
                 kembali, akan kuceritakan
                    hari-hari tanpa dirimu"
                        -gadis kecilmu, NR-
__________________________________

Pagi ini Nayana datang terlalu pagi kesekolah sehingga tanpa disengaja ia bertemu dengan Okta dilorong lantai tiga sekolah mereka.

“Lah tumben lo jam segini uda nongol aja?” heran Okta. Dapat ia lihat kantung mata Nayana yang menghitam dengan jelas.

“Hehe gabut gue dirumah jadi dateng cepet” jawab Nayana seraya mengucek kedua matanya. Ia tak tidur semalaman. Bergadang hingga pagi. Memikirkan tentang dia tak akan pernah habis bagi Nayana.

“Tu kantung mata item amat boss” sindir Okta.

“Nanggung Ta tidur uda jam segini juga” ucap Nayana yang kembali mengucek kedua matanya.

“Gak inget waktu lo kalo begadang. Jangan sering-sering Na, gak baik” saran Okta.

“Perhatian amat buk, tumben” Nayana tersenyum seraya menaik-naikkan kedua alisnya menggoda Okta.

“Dibilangin juga batu banget lo” Okta menghembuskan napasnya panjang.
Nayana hanya terkekeh kecil mendengar nya.

Tak terasa mereka sudah sampai didepan kelas. Pintu kelas terbuka menampilkan Gavin tengah duduk seorang diri didalam sana. Nayana yang melihat itupun segera menghampiri Gavin yang tengah membaca novel dengan Hoodie hitam yang senantiasa menempel ditubuhnya.

“Hai Gav!” sapanya ramah seraya melambaikan tangannya. Gavin yang melihat Nayana pun membalas sapaannya.

“Hai! Tumben pagi banget” kata Gavin heran.

“Lagi pengen hehe” Nayana segera mengambil tempat duduk disebelah Gavin. Aroma parfum Gavin dapat tercium sekarang.
Okta sudah duduk manis dibangku mereka. Ia tak mau ikut bergabung dengan Nayana.

“Masih baca novel yang kemarin Gav?” tanya Nayana. Sepertinya novel ini adalah novel yang pernah Gavin baca saat pertama kali Nayana mengajaknya berbicara karena menerima tantangan dare dari teman-teman nya.

“Iya Na. Mau baca juga?” tawar Gavin.

“Engga. Ntar aja kalo lo udah selesai baca baru gue pinjem. Boleh kan?” tanyanya hati-hati. Nayana tau ini novel mahal. Ia saja belum punya edisi terbaru nya.

“Boleh banget” Gavin tersenyum manis.
Nayana balas tersenyum melihatnya.

“Begadang sampe jam berapa?” tanya Gavin tiba-tiba. Ia melihat jelas bahwa mata yang sedang menatap nya sekarang adalah mata yang tak henti berkedip hingga pagi ini.

“Gak tidur hehe. Nanggung soalnya” jawab Nayana dengan cengirannya itu.

“Jangan dibiasain Na, gak baik” katanya seraya menepuk tangan Nayana yang berada diatas mejanya itu.

“Siap bos” kekeh Nayana yang diikuti dengan kekehan Gavin.

“Eh Na gue duduk disini ya” teriak Adellia tiba-tiba. Ia berniat duduk disebelah Okta karena Putri teman sebangkunya itu tak datang hari ini.

“Boleh del” balas Nayana berteriak.

“Hari ini gue duduk disebelah lo boleh ya Gav? Bangku gue ada orang nya tuhh” izinnya. Ia mengarahkan telunjuknya kepada Adellia yang sudah berbincang dengan Okta.

“Iya Na” Gavin mengangguk seraya menatap mata Nayana. Sepertinya ia kenal dengan tatapan ini. Mirip dia, batin Gavin.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Bangku-bangku yang tadi tak berpenghuni sekarang sudah diisi dengan pemilik nya masing-masing. Satria datang diiringi bel yang tengah berbunyi itu. Ia bersiul-siul seraya berjalan menuju kearah bangkunya. Tak sengaja matanya menatap Gavin yang tengah melihat kearahnya.

INSECURE (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang