*Tok tok tok
"Assalammualaikum" ucap Nayana sedikit berteriak. Ia sedang dipapah oleh Gavin dan Darren yang senantiasa berdiri disamping kanan kirinya.
Tak lama pintu berwarna hitam itu terbuka disusul oleh Dania yang menyembulkan kepalanya diantara dua pintu itu. Gadis itu sedikit terkejut melihat Nayana dan teman-temannya yang datang tepat sehabis hujan berhenti.
"Waalaikumsalam" jawabnya. Ia menegakkan tubuhnya dan membuka lebar pintu itu. "Eh rame bener, mari masuk" ramah gadis itu. Tapi satu hal yang membuat Dania memicing, yaitu Nayana yang berdiri ditengah-tengah dua laki-laki asing yang tak ia kenal. Mereka dengan kompak merangkul adiknya itu sehingga Nayana terlihat sangat kecil berada diantara mereka.
Seakan sadar dengan tatapan heran milik kakaknya, Nayana dengan segera melepas rangkulan Darren dan Gavin saat itu. "Gu-gue bisa sendiri" kata Nayana tersenyum berusaha meyakinkan kedua lelaki itu.
'Kenapa harus dia sih, bisa abis gue siap ini kena ledek mulu' batin gadis itu.
Mereka berjalan beriringan menuju ruang tamu rumah berlantai dua itu. Dania yang sedari tadi mencuri pandang kearah Nayana seraya tersenyum-senyum kecil seolah sedang menggoda adiknya itu. Sang empu yang melihat tingkah laku kakaknya itu semakin panik bukan main. Ia tahu kemana arah pikiran Dania. Nayana pastikan sehabis ini ia akan menemui kakaknya itu untuk berbicara empat mata dengannya.
"Mah! Ada tamu nih" teriak Dania saat semua orang sudah duduk manis di sofa ruang tamu.
Nayana yang kebetulan duduk disamping Dania mencubit pelan pinggang kakaknya itu. "Awas lo heboh ya" bisik Nayana pelan.
"Uang tutup mulut kali, minimal cepek" katanya seraya menaik-naikkan kedua alisnya. "Ck, iya-iya. Awas aja" kata Nayana.
Dania mengedipkan satu matanya saat Nayana mengatakan itu. "Tapi-"
"Eh ada tamu. Kak buatin minum gih buat temen-temen kamu" suruh Devina. Ia melemparkan senyuman ramahnya pada teman-teman Nayana.
Nayana yang hendak berdiri tiba-tiba merasakan tangannya dicekal oleh seseorang. "Biar gue aja, lo cukup duduk manis disini bareng mereka" kata Dania. Gadis itu meninggalkan ruang tamu dengan berjalan mundur kearah dapur dengan tersenyum lebar. Nayana yang melihat itu hanya menghela nafasnya pelan.
'Ada mau nya aja begini, dasar kakaknya Arga!' kata Nayana dalam hati."Kamu kenapa pucet? Sakit?" tanya Devina saat melihat anaknya itu dengan bibir pucat pasi dan mata sayu.
"Gapapa, cuma pingsan doang tadi" kata Nayana santai.
"Hah?!Kan udah Mama bilang mangkanya bangun tuh jangan telat. Pasti akibat gak makan pagi kamu tuh cuma roti doang. Bla bla bla-" ocehan Devina tak henti-hentinya membuat Nayana dan teman-temannya terdiam kikuk.
Nayana meringis mendengar ocehan Mamanya itu. Ia menatap satu-persatu teman-temannya sembari memijat pelipisnya pelan. "Iya Mah iya. Mama gak mau kenalan dulu sama temen-temen Nay?" tanya gadis itu berusaha mengalihkan perhatian Devina.
"Eh iya sampe lupa" ringis Devina. Ia kembali melempar senyum ramahnya. "Kamu namanya siapa sayang?" tanya nya lembut. Tubuhnya condong kearah Satria yang duduk manis tepat disampingnya.
Satria yang mendengar itu sedikit tertegun. Ia balas tersenyum melihat senyuman Devina. "Saya Satria Tante" katanya seraya menyalim perempuan setengah baya itu.
Devina mengangguk. "Oh Satria. Tinggi nya sama kaya Fahrezi ya Nay" kata Devina melirik Nayana sekilas. Gadis itu balas mengangguk tersenyum mendengarnya.
"Kalau ini siapa?" tanya Devina menunjuk lelaki yang duduk tepat disamping Nayana. Sempat ia perhatikan anak lelaki itu selalu mencuri pandang kearah putri nya itu. Seakan tak bisa melepaskan pandangannya dari gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE (On Going)
Ficção AdolescenteIni tentang gadis yang menjadi pengagum rahasia seorang lelaki bertahun-tahun lamanya. Tak ada satupun orang yang tau akan perasaan nya termasuk teman dekatnya. Seorang gadis biasa yang hanya bisa memendam rasa. Nayana Refania ,gadis yang jauh dar...