Ricuh! Satu kata yang menggambarkan kondisi kelas Akuntansi saat itu. Pesawat kertas milik Satria melayang bersahutan dengan pesawat kertas lainnya diatas kepala mereka. Al yang sudah kelimpungan melihat teman-temannya itu hanya terduduk pasrah jikalau tiba-tiba Bu Rosa kembali dan melihat kondisi kelas mereka. Sudah terhitung 1 jam lamanya mereka free class dikarenakan rapat mendadak yang diadakan oleh kepala sekolah. Okta dengan earphone putih miliknya, dan Nayana yang tak tau mau pergi kemana. Pasalnya jika sudah seperti ini pasti Okta betah mendengarkan lagu-lagu galau itu sembari menutup matanya.
“Ck, manusia introvert sedang galau” celetuk Nayana saat melihat temannya itu tak sengaja meneteskan air mata. Bukan tanpa alasan Okta menangis tiba-tiba, pasti lagu-lagu galau itu mengingatkan nya pada manusia yang sempat menjalan kasih dengan dirinya. Itu sudah menjadi hal yang biasa bagi Nayana.
Okta yang mendengar celetukan Nayana seketika membalikkan badannya menghadap kearah tembok kelas yang dingin. Sial! Bahkan ia tak tahu jika dirinya ternyata sedang menangis.
'Hap'
“Dapet kan” gumam Nayana. Ia meremas pesawat kertas itu menjadi gumpalan sebesar tangannya. Gadis itu jengah dengan benda-benda terbang itu.“Et dah, punya gue itu ish” kata Satria kesal. Nayana hanya menjulurkan lidahnya saat melihat tatapan kemusuhan Satria itu.
“Tuh cowo kalo lagi serius makin ganteng masa” gumam Nayana pelan. Ia sedang memperhatikan Gavin yang sedang membaca novel bersampul hitam. Tanpa diduga sang empu yang dimaksud seketika menatap manik mata Nayana yang sedang memandang kagum kearah dirinya.
'tuk'
Ujung pesawat yang runcing mengenai dahi gadis itu. Seketika menyadarkan nya dari lamunan saat melihat tatapan serius milik Gavin tadi. “Hehe sengaja” kata Satria dengan cengiran yang membuat siapa pun kesal jika melihatnya.Nayana mengelus pelan dahi nya seraya mengumpat dalam hati saat melihat Satria kembali membuat pesawat dari kertas hasil nyolong milik teman-temannya. Lelaki itu mengangkat tangan nya dan membentuk jarinya menjadi huruf V saat melihat tatapan Nayana. Gadis itu berdiri dan berjalan menuju Satria yang sudah berancang-ancang ingin berlari kedepan kelas. Saat melewati meja milik Gavin tak sengaja ia melihat senyum teduh milik lelaki itu. Tiba-tiba saja Nayana yang tadi ingin menghampiri Satria malah berbelok dan sudah terduduk manis disamping lelaki dingin itu.
“Sakit ga tadi dahinya?” kata Gavin seraya mengelus pelan dahi Nayana. Sang empu yang mendapat perlakuan tiba-tiba itu seketika ngefreeze. Sentuhan itu hampir mirip dengan lelaki yang pernah mengelus pelan pucuk kepalanya. Nayana seperti Dejavu dengan orang yang berbeda!
“E-engga kok hehe” jawab Nayana dengan senyuman nya. “Pulang sekolah nanti lo free gak?”
Gavin terdiam sebentar seperti sedang berfikir. Tak lama ia menggeleng. “Ada urusan bentar nanti, emang kenapa?”
“Eumm ada dehh, trus free nya kapan?”
“Kalo cepet sih sore udah selesai kayaknya, emang kenapa sih?” tanyanya penasaran.
“Sriuss? Malam nanti kita ketemu di taman komplek deket rumah gue mau gak?” tawar gadis itu semangat.
“Boleh, ada apa sih?”
“Sampai ketemu nanti malem Gav!” kata Nayana tak menjawab pertanyaan itu. Gadis dengan bandana hitam dikepalanya itu buru-buru pergi dan kembali ke bangkunya. Ia terduduk dengan senyum yang mengembang. “Semoga Gavin suka” katanya dalam hati.
****
“Pesen apa ya Nay?” tanya Okta bingung. Mereka berdua sedang berdiri ditengah-tengah kantin saat ini. “Lo aja deh yang pesen terserah apa aja, gue biar cari meja”. Nayana segera meninggalkan Okta yang masih bingung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE (On Going)
Teen FictionIni tentang gadis yang menjadi pengagum rahasia seorang lelaki bertahun-tahun lamanya. Tak ada satupun orang yang tau akan perasaan nya termasuk teman dekatnya. Seorang gadis biasa yang hanya bisa memendam rasa. Nayana Refania ,gadis yang jauh dar...