Chapter 3 : Satria Mahendra

402 23 0
                                    

           “Masih menunggu dia yang aku
           mau, bukan yang mereka mau”
                           -Nayana Refania-

-------------------------------------------------------------

Pagi ini Nayana bangun lebih awal juga datang lebih cepat dari biasanya. Ia tak diantar Adrian. Ingin mandiri katanya. Nayana pergi kesekolah menaiki angkutan umum. Gadis itu tiba disekolah pukul 06:25. Sekolah masih terlihat sepi, angin pagi yang dingin sangat terasa saat menyambar helaian rambutnya, sesekali Nayana bertegur sapa dengan adik kelas yang kebetulan sudah hadir pagi ini. Tiba di lantai tiga, Nayana tak melihat tanda-tanda murid seperti dirinya. Apa ia yang terlalu cepat datang?

“Sekolah gue kalo sepi serem juga ya” monolog gadis itu. Tiba-tiba dari arah belakang ia mendengar suara langkah kaki pelan seperti sedang berjalan menuju ke arah dirinya. Nayana yang mendengar itupun menghentikan langkahnya. Yang ia tau lorong ini masih sepi. Tak ada seorangpun disni selain dirinya. Ia bersiap-siap untuk berlari. Saat ia sedang mengambil ancang-ancang, tiba-tiba gadis itu merasa ada yang menepuk-nepuk bahunya pelan. Nayana terdiam seraya memejamkan kedua matanya.

“Dorrr!!” teriak Satria teman sekelas Nayana.

“Anj***lu. Kalo gue punya sakit jantung trus mati gimana? Lo mau tanggung jawab?” balas Nayana kesal. Pasalnya Nayana itu orang nya kagetan. Benda jatuh saja ia bisa terkejut, apalagi seperti ini.

“Hehe maaf Nay. Lo lucu soalnya kalo kaget” ucap Satria disertai cengiran tengilnya itu.

“Mata lo lucu. Okta noh lucu, kalo lo pacarin” seru Nayana. Kesal nya belum hilang. Jantung nya masih berdetak kencang sekarang.

“Jadi cowok kok gapunya nyali. Tembak dong. Cowok apaan lu" sambung Nayana sengaja. Ia ingin Satria tersinggung dengan kata-kata nya agar ia bisa membuktikan cintanya pada Okta. Selama ini Satria sering curhat tengah malam dengan Nayana bagaimana caranya ia bisa dekat dengan Okta. Ia tak berani mengungkapkan itu semua. Insecure katanya. Padahal kalau dilihat, Satria ini tak sejelek yang ia pikir.
Nayana segera melangkah lebih dulu meninggalkan lelaki itu. Satria yang melihat itupun langsung menyamakan langkah nya dengan Nayana.

“Eh eh belom tau aja lu. Gue hari ini mau nembak Okta” ucap Satria sambil menyisir rambut nya kebelakang.

“Alah kemarin juga gitu ngomong nya. Mau nembak Okta, giliran Okta nya gue suguhin lo nya garuk kepala gak jelas” cibir Nayana.

“Ya gimana gue gak nervous Nay. Secara Okta orang nya dingin cuek gitu, beda banget sama lo. Kalo sifat nya kaya lo mah dari dulu juga uda jadian gue sama dia” jelas Satria.

“Emang gue gimana? Gue juga pendiem kok orang nya kaya Okta” ucap Nayana sungguh-sungguh meyakinkan Satria.

“Lo? Pendiem? Satu sekolahan gue traktir mi ayam Nay kalo beneran kejadian” kekeh Satria tak percaya. Pasalnya setau Satria Nayana dan Okta itu sangat berbeda. Okta pendiem, Nayana tak bisa anteng di bangkunya. Sehari tidak keliling kelas bukan Nayana namanya. Okta dingin & cuek, sedangkan Nayana dia humble dan sangat mudah bergaul. Itu yang Satria lihat.

“Yeee belum tau aja lo gue gimana” balas Nayana.

Selama disekolah Nayana selalu menunjukkan kepada teman-teman nya bahwa ia orang yang humble dan pandai bergaul. Padahal jika dirumah sangat berbeda 360° dari Nayana yang sekarang. Ia menjadi Nayana yang introvert. Ia hampir tak pernah keluar rumah kecuali jika pergi sekolah dan ingin main dengan teman-teman nya. Selebihnya ia menghabiskan waktu di kamarnya. Sampai-sampai ada tetangga yang tidak mengenalinya. Tapi tidak mungkin ia menjelaskan itu semua kepada Satria. Tidak penting pikirnya.

INSECURE (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang