"Ini tentang dia yang
kutemukan di tahun kemarin"
-Nayana Refania-------------------------------------------------------------
Malam itu setelah melewati hari yang panjang serta dihiasi suasana malam yang sunyi, gadis 17 tahun yang sedang membawa sebuah Tumbler berisi pecahan es batu yang ia ambil diam-diam tanpa sepengetahuan sang Papa, sedang kebingungan mencari sesuatu yang akhir-akhir ini menjadi benda favoritenya.
"Lah gitar gue mana? Perasaan tadi disini deh" bingung nya dengan mata yang menyapu kearah sudut-sudut kamar.
*Ceklek*
"Nih gitar lo" ucap seorang anak laki-laki yang berusia sekitar 15 tahun. Ia meletakkan benda itu diatas sofa kecil yang terletak didalam kamar bernuansa hitam putih itu. Tingginya melebihi Nayana, rambutnya acak serta boxer hitam yang ia kenakan terlihat kusut. Dia Fahrezi Putra Prasetya, adik Nayana yang paling besar, juga anak ketiga dari keluarga mereka.
Nayana yang melihat itu mengernyitkan dahinya. "Kok bisa sama lo? Minjem gak izin lagi gak sopan banget" ucap nya dengan wajah tak enak.
"Iya tadi gue mau izin, eh lo nya makan dibawah, yaudah gue ambil aja" kata Fahrezi dengan cengiran khas miliknya. Ia sedikit menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena merasa tak enak.
"Yaudah gapapa, lain kali izin lo" kata Nayana seraya mengambil gitar itu.
"Iya maaf lain kali gue izin" ucap Fahrezi sungguh-sungguh.
"Iya buru lo balik sana, tutup pintunya juga. Oh iya satu lagi, kalo Papa cari tumblernya bilang aja lagi gue pake" perintah gadis itu. Ia berjalan ke arah balkon kamar sembari menenteng gitar ditangan kirinya dan Tumbler berisi es batu tadi ditangan kanannya.
Fahrezi berdehem singkat. "Jangan begadang lu, besok sekolah juga" peringat adiknya itu seraya menutup pintu kamar sesuai arahan Nayana.
"ck bawel" gerutu Nayana.
Ditengah malam yang sunyi, Nayana masih berada di balkon kamarnya sembari menatap gitar yang 2 hari lalu baru saja dibelikan oleh sang Papa.
"Ini mainin nya gimana sih, dari tadi liat tutorial youtube gak paham-paham gue" bingungnya seraya menggaruk kecil pucuk kepalanya. Karena tak kunjung bisa akhirnya ia memilih untuk memangku saja gitar itu.
"Dia apa kabar ya? Masih ingat gak ya sama gue" celetuknya tiba-tiba.
"Dia udah punya pacar belum ya? Pastilah! Yakali seganteng dia gak ada pawangnya, pasti cewek nya cantik" sambungnya lagi.
"Kalo gue ketemu dia, rasanya masih sama kaya dulu gak ya? Kalo tiba-tiba dia ngepublish cewek nya ,gue siap gak ya?" ucap nya masih berbicara dengan dirinya.
"Dia lagi ngapain ya sekarang? Pasti lagi sleepcall sama doi nya tuh jam segini" tebaknya sambil melihat jam di ponsel pintar nya itu.
"Hufttt...cape banget ya rindu sendirian, sedangkan disana mungkin dia gapernah ngerasain apa yang gue rasain" katanya lagi sambil memelintir ujung rambutnya.
"Bulan, gue kangen banget sama dia" gumamnya sambil menatap bulan yang bersinar indah malam itu.
"Kenapa gue gak seberuntung cewek-cewek diluar sana? Kenapa gue gak cantik aja? Biar dia suka. Kenapa gue harus jatuh cinta sendirian? Kenapa bulan?" tanyanya kesal.
"Kapan sih gue cantik? Kapan gue bisa ngerasain apa yang orang-orang rasain kalo jatuh cinta. Rasanya dibucinin sama orang yang gue suka tuh gimana sih? Kok gue gak pernah yaa? Perasaan hidup gue kebagian cinta sepihak doang" celotehnya panjang sambil memikirkan nasib malang nya itu. Cukup lama ia memandang bulan itu dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE (On Going)
JugendliteraturIni tentang gadis yang menjadi pengagum rahasia seorang lelaki bertahun-tahun lamanya. Tak ada satupun orang yang tau akan perasaan nya termasuk teman dekatnya. Seorang gadis biasa yang hanya bisa memendam rasa. Nayana Refania ,gadis yang jauh dar...