Chapter 8 : Definisi Cinta?

239 15 0
                                    

     “Jatuh cinta denganmu hanya butuh
        satu detik, tapi memiliki mu butuh
                              berjuta detik”
                        -secret admirer, NR-

---------------------------------------------------

*tringggg (bel pulang sekolah berbunyi)

“Eh kerja kelompok nya dirumah siapa nih?” tanya Nayana kepada teman-teman kelompok nya.

“Dirumah lo aja Sat, gimana?” tanya Okta kepada Satria. Sang empu yang masih menyusun alat-alat tulis nya itu membeku. Itu suara Okta kan?

“Hah?” Satria terpaku. Ini pertama kalinya Okta mengajak nya berbicara terlebih dahulu. Selama ini selalu saja ia yang mencari topik jika berbincang dengan Okta.

“Kata Okta kerja kelompok nya dirumah lo Sat. Gimana?”jelas Nayana sambil tersenyum-senyum melihat kedua temannya itu. Lucu sekali pikirnya.

“Bo-boleh Ta. Silahkan” gugupnya. Duh kenapa mesti gugup sih, malu gue, batin Satria.

“Yaudah yuk. Kita naik angkot aja yaa biar sama semua” saran Adellia yang kebetulan satu kelompok dengan mereka.

Nayana, Okta, Satria, Adellia, dan Gavin mereka satu kelompok. Mereka segera menuju gerbang sekolah dan akan pergi kerumah Satria. Okta jalan lebih dulu meninggalkan mereka, ingin ke toilet katanya. Adellia dan Gavin berjalan berdampingan. Gavin yang dingin dan Adellia yang tak mau tau. Sedangkan dibelakang sana Nayana tertawa mengejek kearah Satria yang masih menampilkan wajah tak menyangka nya itu.

“Haha mana formal banget lagi pake silahkan segala lo” tawanya tak habis pikir. Udah tau Nayana anaknya receh. Yang menurut teman nya tak lucu saja ia bisa tertawa. Apalagi melihat Satria seperti tadi. Satria yang ditertawakan seperti itupun malu. Ia menggaruk tengkuknya yg tak gatal itu.

“Gimana gue gak gugup Nay. Gaada briefing tiba-tiba si Okta ngajak gue ngobrol. Kan jantung kecil gue jadi terkaget-kaget” lebaynya dengan tangan yang masih memegang dada nya itu.

“Lebay lo ah. Baru diginiin aja uda tremor. Gimana kalo Okta ngomong lebih panjang lagi sama lo? Bisa-bisa pingsan kali ya” kekeh Nayana.

“Bisa jadi tuh” sambung Satria sambil tertawa kecil yang langsung diikuti Nayana.

Tak terasa mereka sudah sampai didepan sekolah. Sekarang tinggal menunggu angkutan umum untuk menuju rumah Satria. Okta datang dari arah belakang. Ia baru kembali dari toilet. Gadis itu sengaja berdiri dibelakang Satria. Tak ingin terkena panas seperti nya. Nayana yang melihat itupun segera menjauh pelan dari Satria sambil menahan tawanya. Satria yang menyadari Nayana tak ada disebelah nya bingung. Ia melihat kearah kiri ternyata Nayana sudah berada disebelah Gavin sana. Lantas siapa yang berdiri dibelakang nya?

“Astaghfirullah Okta, ngagetin aja lo” kata Satria terkejut. Okta yang melihat itupun hanya menunjukkan cengirannya.

“Panas hehe” katanya.

Pake senyum segala lagi melting nih gue, batin Satria.

Selagi menunggu angkot yang menjadi rute mereka kali ini, Nayana mengajak Gavin untuk berbincang sedikit. Tak enak rasanya jika hanya saling diam seperti ini.

“Gav lo tumben mau ikut kerja kelompok? Biasanya gue liat lo gapernah mau” tanya Nayana. Pernah ia melihat Gavin menolak ajakan teman sekelas nya yang lain jika diajak untuk ikut kerja kelompok. Gavin selalu menggelengkan kepalanya. Ia bilang kepada guru bahwa akan mengerjakan tugas itu seorang diri saja.

INSECURE (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang