Jaehyun berdiri di dekat pagar rumah keluarga Aditama. Dia menatap penuh kebencian ke rumah itu.
Kedua tangannya mengepal erat, reaksi yang sama saat dia tahu ibunya berselingkuh dengan pria bernama Baekhyun Aditama.
Pria itu tinggal di sini, dan sialnya ditempat ini juga Doyoung Zion Aditama tinggal.
Doyoung adalah teman baiknya—sebelum pertengkaran kecil karena cinta terjadi.
Saat Rose—gadis yang dia sukai itu lebih memilih Doyoung saat itulah Jaehyun mulai menjaga jarak.
Terdiam cukup lama di tempat itu Jaehyun kaget saat ada yang menarik ujung seragamnya.
"Kakak temennya kak Doy ya?"
"Bukan!" ketus Jaehyun natap sinis gadis kecil di depannya.
Winter—gadis itu nganggukin kepala, kuncir dua di kepalanya ikut bergerak lucu.
Jaehyun yang melihatnya jadi gemas sendiri. Tapi semua tertutupi oleh wajah datar dan ketusnya.
"Kenapa kakak berdiri di sini? Gamau ketemu sama kak Doy?"
"Bukan urusan lo!"
"Seragam kakak sama loh sama seragam kak Doy."
"Brisik!"
"Kakak kenapa marah-marah? Winter kan cuma nanya."
"Oh nama lo Winter?!"
"Hooh, namaku Winter Valeria Aditama. Adiknya kak Doy, temen kakak hehe."
"Kakak lo bukan temen gue!" sengak Jaehyun.
Bukannya takut, Winter malah natap Jaehyun tanpa gentar.
Ini bukan pertama kalinya dia melihat laki-laki tinggi bin ganteng itu berdiri di dekat pagar rumahnya.
Winter pikir laki-laki ini teman kakaknya, tapi dia heran ngelihat gelagat lelaki itu yang cuma berdiri di sana terus selalu pergi gitu aja.
Pergi dengan tatapan terluka dan penuh kebencian.
Kali ini Winter gak akan biarin lelaki itu pergi begitu saja.
Karena itu saat lelaki berseragam SMA itu hendak melangkah pergi Winter lagi-lagi menarik seragamnya.
"Lepasin!" disentaknya tangan mungil itu dengan keras sampai Winter terhempas jatuh ke tanah.
"Aduh," Winter meringis sakit. "Kata bu guru kita gak boleh berbuat jahat sama orang lain, dosa loh kak."
"Bac—"
Jaehyun ngurungin niatnya buat ngumpat.
Astaga, dia harus nahan buat gak ngumpat di depan anak SD.
"Bantuin Winter berdiri! Sakit."
Hati Jaehyun tersentil, merasa kasihan dengan gadis kecil bin mungil itu. Dengan berat hati Jaehyun akhirnya mau mengulurkan tangannya.
Winter mengambil sesuatu dari dalam tasnya, sebuah plester luka.
Dia pasang benda kecil itu ke tangan Jaehyun meski gak bisa menutupi semua luka di punggung tangan Jaehyun.
Jaehyun cuma diem, dan merhatiin setiap tingkah Winter.
Tangannya memang terluka karena dia menghancurkan cermin di toilet sekolah sebelum datang ke sini.
Tiba-tiba sesuatu terlintas dibenak Jaehyun.
Gimana rasanya punya adik?
Pasti rumah selalu rame, sayang sekali dia anak tunggal.
Anak tunggal yang tak pernah mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya.
Jaehyun selalu berharap punya adik, dia pasti akan menyayanginya sepenuh hati.
Tapi bagaimana bisa punya adik, dia saja anak yang tidak diharapkan oleh mama nya.
"Kata bunda kalau luka nggak segera diobati nanti infeksi loh."
Jaehyun berdecih, "obati kaki lo dari pada ngurusin luka orang lain."
Jaehyun merasa sedikit merasa bersalah karena dia mendorong gadis itu barusan.
"Kan rumah Winter deket, nanti Winter bisa minta obatin ke bunda. Kalau kakak? Kakak tinggal jauh ya dari sini?
Winter tuh hapal muka-muka tetangga rumahnya.
Kalau kakak tampan yang satu ini pastilah bukan tetangganya.
"Hm,"
"Kakak beneran gamau masuk nemuin kak Doy?"
"Udah gue bilang kalau gue bukan temen kakak lo. Lo bocah susah ngertinya ya!"
Winter menekuk wajahnya. Buru-buru dia merogoh saku celananya.
"Iya deh iya. Kalau gitu buka tangan kakak, aku punya sesuatu."
Jaehyun diam, Winter gercep membuka tangan Jaehyun lebar-lebar.
"Jangan ngerokok, mending kakak makan ini. Kak Doy selalu dipukulin sama ayah kalau ketahuan ngerokok."
"Kata bunda ngerokok tuh gabaik buat kesehatan, bisa sesak napas. Nanti jadi cepet mati."
Winter senyum lebar, ngasih permennya ke telapak tangan Jaehyun.
Jaehyun natap kepergian gadis itu dengan kedua alis terangkat.
Sejak kapan sebenarnya gadis itu selalu melihatnya berdiri di sini?
Ada satu hari dia di sini sambil merokok.
Di hari lain dia datang dengan tangan tangan kosong. Bersandar ke tembok dengan pikiran berkecamuk.
"Ck, permen karet mana bisa dimakan. Dasar bocah prik!
Itulah kali pertama Jaehyun bertemu dengan gadis yang dimasa depan akan menjadi adik tirinya.
Tidak!
Bukan adik tiri, melainkan istrinya.
***
Revisi di cerita ini kemungkinan ngerombak alur karena gue sadar akan minimnya keuwuan Jaehyun dan Winter😭🙌
Kalian pecinta keuwuan kan bukan konflik?
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Winter [End]
FanfictionJung Jaehyun x Kim Winter "Pak" "Hm?" "Pak Jaehyun!" "Ya?" "PAK JAEHYUN!" "Dasar bos kampret!" *** "Lo beneran bucin sama gue?" "Bucin apa?" "Budak cinta!" "Kalau bucin artinya tergila-gila sama kamu berarti emang aku bucin." Dulu dijadikan babu, se...