Azea berdecak kesal sambil mengepel lantai, tadi pagi ia baru saja pindah kerumah baru mereka, Azea kira setelah menikah ia akan tetap tinggal bersama sang ibu mengingat ia tidak pernah jauh dari ibunya, namun sesudah menyelesaikan shalat subuh dirumah ibunya Eza dengan wajah datar bak tembok menyuruhnya mengemasi barang-barang yang perlu dibawa, padahal Azea sudah siap ingin berangkat kesekolah. Dan seenak jidatnya ia berkata kepada ayah Azea. "Ayah, saya izin membawa anak ayah untuk ikut tinggal bersama saya." dan sialnya lagi ayahnya mengizinkan Eza membawa Azea dari sana.
Sesampainya dirumah baru mereka Azea langsung membereskan Rumah megah yang berdebu itu, tiga lantai sekaligus ia sapu dan pel tanpa bantuan maid, entah berapa tahun tidak dibersihkan membuat debu menempel dimana-mana. Azea juga tidak tau apa motifasi Eza menempati rumah sebesar dan semewah ini padahal mereka hanya tinggal berdua.
Gadis cantik itu merenggangkan badannya yang terasa pegal lalu ia melangkahkan kakinya menuju lantai dua, tepat dimana kamarnya dan kamar Eza berada.
Ia memutar knop pintu dengan pelan, dilihatnya Eza sedang berbaring santai diatas kasur, enak sekali pikir Azea dari tadi ia membereskan rumah sedang Eza hanya bermalas-malasan. Gadis itu hanya diam sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, tubuhnya sudah terasa lengket dan tidak nyaman.
Setelah selesai mandi Azea kembali keluar dengan piyama dan jilbab sport menutupi mahkotanya. Eza mengalihkan tatapannya kearah gadis yang sekarang sudah sah menjadi miliknya itu, ia menatap gadis itu dari atas kepala hingga ujung kaki, sedangkan Azea menjadi salah tingkah ditatap seperti itu.
Eza memutuskan pandangannya, lalu tersenyum, senyumannya bukan membuat Azea salting, tapi merinding.
"Mau makan apa kak?" tanya Azea memecahkan keheningan, sekarang sudah waktunya makan siang.
"Terserah," jawab Eza singkat. Gadis itu mengangguk lalu beranjak meninggalkan Eza yang sibuk sendiri.
Azea berdiri menatap dapurnya dengan intens, semua alat memasak sudah tertata dengan lengkap, ia melangkahkan kakinya menuju kulkas, ternyata tidak ada isinya sama sekali.
Menikah dengan Eza benar-benar pilihan yang sulit, sudah tidak peka, cuek pelit lagi. Lama-lama Azea bisa mati kelaparan jika begini terus. Jalan satu-satunya ada gofood.
Dan dengan kurang ajarnya Eza tidak mau menyentuh sedikitpun makanan yang Azea beli, padahal ia sendiri jarang membeli makanan untuk menghemat pengeluaran, namun Eza malah meninggalkannya begitu saja tanpa pamit kepadanya.
Eza benar-benar menyebalkan, dari pagi laki-laki itu hanya diam dan tidak menyapa Azea walau satu kata. Azea merasa seperti orang asing.
"Mentang-mentang ganteng semaunya aja," ujar Azea sambil melihat mobil Eza yang semakin jauh dari rumah mereka.
"Akutu kesel kak Eza!!!!, kalau tau kakak gak mau makan mending aku beli indomie aja!!!!!!" teriak gadis itu merasa jengkel.
"Aku capek-capek beresin rumah, kakak malah rebahan aja. Udah gitu ditinggal tidur sendirian dirumah, ga izin lagi mau pergi kemana" gadis itu terus berceloteh sendiri sambil mengumpati Eza. Ia benar-benar kesal, ingin rasanya menyakar wajah datar Eza yang sangat menyebalkan tapi ia tidak memiliki keberanian yang cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAZEA(end)
Novela JuvenilTypo banyakk! Bagaimana rasanya hidup berdampingan dengan dia yang faham agama, namun belum selesai dengan masa lalunya? Dia yang keras kepala namun porak poranda batinnya. Dia yang berusaha sembuh dan mencoba menghargai apa yang sudah menjadi mili...