Typo banyakk!
Bagaimana rasanya hidup berdampingan dengan dia yang faham agama, namun belum selesai dengan masa lalunya?
Dia yang keras kepala namun porak poranda batinnya. Dia yang berusaha sembuh dan mencoba menghargai apa yang sudah menjadi mili...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Diujung timur bentala, baskara mulai memunculkan sinarnya, dipagi yang cukup sejuk ini tak mampu menyirnakan kehangatan sebuah keluarga kecil. Tampak seorang wanita paru baya memasak beberapa menu dibantu oleh putrinya. Keduanya terlihat sangat akrab, mereka membicarakan hal random dan sesekali tertawa.
Tak lama seorang laki-laki berjalan menuju dapur, dari tadi ia sibuk mencari istrinya kesana-kemari. Ia mendekat kesalah satu wanita itu lalu memeluknya dari belakang, dan menyembunyikan wajahnya dibahu Azea. Gadis cantik itu sudah tidak kaget lagi merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangnya, sudah menjadi kebiasaan Eza suka memeluknya akhir-akhir ini ketika dipagi hari ia sedang memasak.
"Sayang ... " gumamnya, suara laki-laki itu teredam dibahu Azea, namun suaranya tetap terdengar jelas ditelinga. Gadis itu sedikit terkejut mendengar gumaman pelan Eza, apa-apaan ini?, kenapa banyak kupu-kupu di perutnya?.
"Ga malu diliatin ibu kak?" tanya Azea, laki-laki itu menggeleng dan semakin membenamkan kepalanya dibahu Azea
"Ga papa atuh, udah halal juga," kata Ningsih pengertian. Ia tersenyum tipis melihat anak tunggal dari Anandra dan Nindya itu begitu lengket pada putrinya, padahal waktu pertama kali Azea tau bahwa ia dijodohkan gadis itu menolak keras, bahkan sehari sebelum pernikahan gadis itu terus saja menangis, tapi mau tak mau ia menerima perjodohan ini. Tak jauh beda dari Azea, Eza juga sama tak mau menerima perjodohan mereka, ia memang tidak pernah menyakiti Azea lewat fisik, tapi perkataannya itu yang tak jarang membuat Azea sakit hati. Namun kini keduanya terlihat lebih baik. Allah Maha membolak-balikan hati.
"Kak awas dulu, aku mau naro ini dimeja," suruh Azea, ia kesusahan membawa beberapa makanan yang masih panas, apalagi laki-laki itu terus memeluknya dan mengikuti kemanapun ia bergerak.
Laki-laki itu melepaskan pelukannya lalu mengambil alih mangkuk ditangan Azea dan meletakkannya dimeja.
"Ibu mau manggil ayah sama Rizwan dulu ya, kita sarapan bareng-bareng."
"Iya bu," jawab keduanya.
Wanita paru baya itu segera berlalu dari dapur untuk memanggil suami dan anak bungsunya.
"Kak?" panggil Azea ketika suaminya itu melamun
"Hmm?" balasnya, laki-laki itu mengalihkan tatapannya lalu memandang Azea. Ia kembali mendekat lalu memeluk istrinya itu.
"Kakak kenapa?" tanya wanita itu khawatir, ia perhatikan akhir-akhir ini Eza sering melamun dan menyendiri.
"Azea, besok temani saya terapi!"
"Maksud-
"Maaf ya jadi nunggu lama, Rizwan baru selesai mandi," ujar Ningsih memotong ucapan Azea, ia datang bersama Rizwan, dan juga Rahman