Typo banyakk!
Bagaimana rasanya hidup berdampingan dengan dia yang faham agama, namun belum selesai dengan masa lalunya?
Dia yang keras kepala namun porak poranda batinnya. Dia yang berusaha sembuh dan mencoba menghargai apa yang sudah menjadi mili...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah menyelesaikan shalat subuh dan mengaji Azea langsung menyiapkan sarapan,sedangkan Eza sibuk murajaah agar hafal nya tidak hilang. Subuh ini terasa berbeda karena ia diimami oleh Eza. Biasanya laki-laki itu akan shalat dimasjid depan kompleks mereka, namun cuaca hujan membuat Eza mengurungkan niatnya untuk shalat diluar.
Azea tersenyum simpul menatap hidangan yang sudah tertata rapi di meja makan, ia melepaskan apron yang melekat apik pada tubuhnya dan ingin bersiap untuk kesekolah. Namun urung ketika Eza menuruni tangga dengan tergesa-gesa.
"Mau kemana kak? ayo sarapan dulu aku udah masak!" Ajak Azea membuat Eza menatap kepadanya.
"Saya buru-buru," tolak Eza, sambil terus berjalan cepat lalu meletakkan segepok uang diatas meja makan.
"Sarapan dulu lah kak!, aku udah capek-capek masakin kakak, masa kakak gak mau ngehargain aku," ketus wanita itu sambil melemparkan apron nya ke sembarang arah.
"Saya buru-buru," ulangnya berusaha memberikan pengertian. Ia tidak ingin bertengkar dipakai hari seperti ini.
Eza menaikan sebelah alisnya mendengarkan perkataan Azea. Istri? Ia tidak pernah mengakui Azea sebagai istrinya, kan ia sudah bilang bahwa mereka hanya orang asing yang tinggal 1 rumah. Eza memang aneh, padahal kemarin ia sendiri yang bilang bahwa ia adalah suami Azea.
"Gimana kalau aku bawain bekel aja?" usul gadis itu, Eza terdiam sambil berfikir sejenak.
"Tidak perlu," tolak Eza untuk kesekian kalinya.
"Ayolah kak, seenggaknya kakak hargai aku," mohon gadis itu agar Eza mau dibawakan bekal.
"Terserah," jawab Eza pada akhirnya. Lebih baik mengalah dari pada semakin terlambat akibat bertengkar
"Serius kakak mau makan masakan aku?" tanya Azea antusias.
"Hmm." Eza mengangguk sambil berdehem singkat.
"Oke tunggu sebentar ya kak." Azea bergegas menyiapkan bekal untuk sang suami.
"Wadahnya jangan lupa bawa pulang, tupperware ini mahal!" ujarnya memperingati, Eza hanya mengangguk sebagai balasan, lalu ia mendekatkan uang tadi ke arah Azea.
"Buset banyak bener?" tanya Azea tidak percaya.
"Tidak mau?"
"Mau kok kak, mau banget," gadis itu langsung merampas segepok uang yang berada ditangan Eza.