BAB:16. PERANG DINGIN

1.7K 177 13
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM

Langsung ajah

Typo banyakkkkkk.....

Sore harinya keduanya kembali pulang kerumah sekitar jam 16:50, sebenarnya Azea ingin pulang lebih awal, namun masih ada beberapa hal yang harus Eza selesaikan di pondok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore harinya keduanya kembali pulang kerumah sekitar jam 16:50, sebenarnya Azea ingin pulang lebih awal, namun masih ada beberapa hal yang harus Eza selesaikan di pondok.

"Capek ya kak?" tanya Azea melihat raut lelah dari laki-laki disampingnya itu. Eza mengangguk pelan sebagai balasan.

Ia meraih tisu dan menyeka keringat yang mengalir dikening Eza. Azea tersenyum manis sambil merapikan anak rambut Eza yang sedikit berantakan.

"Kakak makin ganteng kalau lagi keringatan, berkilau," ujar gadis itu senang. Eza hanya tersenyum tipis menanggapinya.

Eza menyipitkan matanya ketika melihat seseorang yang ia kenal berjalan tergesa-gesa pergi dari komplek perumahannya.

Aditya Wiratama. Sedang apa ia disini?.

"Kak?" mendengar panggilan dari sang isri Eza segera mengubah raut wajahnya menjadi datar.

"Ya Azea?" sahut Eza.

"Kenapa bengong?" tanya gadis itu. Eza menggeleng pertanda bahwa ia baik-baik saja.

"Jangan turun dulu!" suruh Eza ketika sang istri ingin membuka pintu mobilnya. Laki-laki itu bergegas turun lebih dulu dan berdiri dipintu kiri mobil. Dengan perlahan ia membuka pintu untuk Azea, ia juga mengulurkan tangannya untuk membantu istrinya turun. Bibir gadis itu berkedut menahan senyuman melihat sikap manis Eza.

"Jantung aku mau loncat ni kak," ujar Azea sambil mengenggam erat tangan Eza.

"Lebay," sahut laki-laki itu tak berperasaan.

"Ih serius kak!" Azea merengut kesal. Eza hanya tersenyum tipis sambil terus menuntun istrinya menuju pintu utama.

Namun kemesraan mereka tak berlangsung lama ketika keduanya menatap sesuatu yang tergeletak dipintu utama.

"LYLY!" pekik Azea melihat kucing yang baru dibeli Eza beberapa hari yang lalu tergeletak mengenaskan dilantai dengan kepala dan badan terpisah.

Gadis itu menangis melihat badan kucing putih itu dipenuhi dengan darah, lalu tangan bergetar nya meraih secarik kertas yang bertuliskan; "Azea akan mati," dengan tinta darah.

"Kak, aku takut," adu Azea dengan air mata yang berlinang, seingatnya tadi setelah memberikan Lyly makan, Azea langsung memasukkan kucing itu ke kandangnya sebelum ikut Eza pergi.

Eza hanya diam sambil mengelus punggung istrinya guna menenangkan. Sialnya dirumah ini tidak ada CCTV, jadi Eza tidak tau keronologinya, ia juga tidak punya satpam yang dikhususkan menjaga keamanan rumahnya. Hanya ada satpam komplek yang menjaga dibagian depan.

EZAZEA(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang