Typo banyakk!
Bagaimana rasanya hidup berdampingan dengan dia yang faham agama, namun belum selesai dengan masa lalunya?
Dia yang keras kepala namun porak poranda batinnya. Dia yang berusaha sembuh dan mencoba menghargai apa yang sudah menjadi mili...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari-hari selanjutnya berjalan lebih baik dari pada sebelumnya. Keduanya menjalani kehidupan seperti layaknya suami dan istri. Eza juga sudah mulai menerima Azea, laki-laki itu mengesampingkan egonya untuk menghargai sang istri. Jauh berbeda dengan Eza yang telah pertama kali Zea temui,ia tidak pernah ada lagi kata yang mendefinisikan mereka yang hanya orang asing, meskipun sikapnya masih terkesan dingin.tapi itu memang sifatnya yang dari orok.
Eza benar-benar menjadi lebih baik dari sebelumnya walaupun sejujurnya ia masih tidak bisa mengendalikan diri jika menyangkut tentang Zinnia.
Setidaknya Eza sudah berusaha bukan?, terkadang ia bingung harus seperti apa, ia tidak bisa mengekspresikan perasaannya pada Azea, semua seakan terlihat tidak jelas dan abu-abu. Ia masih bingung terhadap dirinya sendiri, ia tidak mencintai Azea, tapi ia nyaman bersama gadis itu. Saat hatinya masih menginginkan Zinnia, ia selalu berusaha mengusir semua tentang gadis itu dari otaknya. Namun ada saja yang mengingatkannya pada mantan tunangannya dulu.
Seperti Sering masuknya pesan teror dari nomor tak dikenal, bahkan paket yang sering diisi oleh bangkai hewan.
Contohnya tempo hari ketika Eza sendirian dirumah, seseorang memencet bel rumahnya berkali-kali, ketika ia membuka pintu tidak menemukan apapun terkecuali kotak hitam di depan pintu.
Ia langsung membuka kotak itu, aroma hamis langsung menguar menusuk indra pencium Eza. isinya adalah kepala seekor kucing yang dipenuhi darah segar, ia meringis melihat kepala hewan menggemaskan itu. Siapa yang tega menyiksa kucing seperti ini pikir Eza.
Ia segera menguburkan bangkai kucing itu dihalaman belakang rumahnya, tepatnya di dekat lapangan basket pribadi miliknya.
Sebelumnya Eza menemukan secarik kertas diatas kotak tadi, ia duduk di kursi lalu mulai membaca isi kertas itu
Kamu itu pembunuh dan tidak pantas bahagia.
Eza menghela nafas pelan, ada saja membuatnya tak tenang, ia meremas kertas ditangannya hingga kusut tak berbentuk lalu membuangnya ketempat sampah. Tidak ada yang boleh tau jika ia masih sering diteror. Ia tidak mau orang-orang terdekatnya terlibat.
Sebenarnya Eza penasaran siapa yang meneror nya, padahal keluarga Zinnia tidak pernah sekalipun menyalahkannya atas kepergian gadis itu, tapi kenapa ada orang lain yang seakan-akan lebih kehilangan dari pada keluarga Zinnia sendiri, Eza tau semua orang juga kehilangan, tapi kenapa dia yang terus saja disalahkan.
Yang membuatnya lebih pusing adalah ia berusaha mencari orang dibalik teror ini, namun tidak pernah menemukan titik terang, si peneror akan mengganti nomornya setiap mengirimkan pesan kepada Eza. Jujur Eza lelah dan risi.
Ia berlari ketengah lapanganan lalu sambil men-dribble bola basket lalu melempar bola itu kearah ring. Tepat sasaran.
Ia memang menyukai basket sejak dulu, oleh karena itu ia memutuskan membuat lapangan basket pribadi di rumahnya. Meskipun jarang terjamah karena kesibukannya.