BAB:30.PULANG

1.6K 151 19
                                    

Assalamu'alaikum

Typo banyak

Mumpung daring jadi revisi tipis²

Kalian pada daring juga ga?

Ummi Aisyah mengelus pelan tangan Eza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ummi Aisyah mengelus pelan tangan Eza. Tentu saja ia sedih melihat Eza seperti ini. Walaupun Eza bukan putra kandungnya, tapi ia yang mengurus pemuda itu sejak dini, membuatnya benar-benar menyayangi pemuda itu.

Memangnya hati ibu mana yang tidak sakit melihat putranya tidak berdaya seperti ini?

"Bangun nak, 4 minggu itu sudah cukup," bisiknya ditelinga sang putra. Ia benar-benar merindukan pemuda pendiam ini. Ummi Aisyah juga kasian melihat keadaan Azea yang memprihatinkan, wanita itu kadang tak ingin makan padahal sedang hamil.

"Gak kasian sama istri kamu yang nangis terus?" tanya sang ummi yang tentu saja tidak mendapatkan balasan dari siapapun kecuali suara Ekg yang mengisi kesunyian.

Namun tiba-tiba nafas Eza tersengal, dadanya naik turun menandakan ia kesulitan meraup oksigen. Ummi Aisyah terkejut, ia tentu saja panik melihat tubuh Eza mengejang, tanpa pikir panjang, dan dengan tangan yang bergetar hebat ia menekan Nurse call. Tak lama Kenan dan beberapa dokter berlari masuk kedalam ruangan itu. Seorang suster juga mengarahkan ummi Aisyah untuk segera keluar dari sana.

_

"Za!" panggil seorang wanita paru baya, ia menyentuh bahu Eza lembut membuat pemuda itu langsung menoleh kebelakang. Eza menatap bingung wanita yang memanggilnya tadi, wajah wanita ini terlihat familiar.

"Ini mama kamu nak, mama Nindya," ujarnya membuat Eza menjatuhkan rahangnya.

"Kamu rindu?, ayo peluk mama," ujarnya sambil merentangkan tangan. Dengan ragu ia mendekat kearah ibunya. pemuda itu benar-benar bahagia karena bertemu ibu kandungnya.

Mama Nindya duduk disebelah Eza beralaskan rumput lembut. Lalu keduanya menatap hamparan ilalang hijau yang memanjakan mata. Eza tidak tau ini dimana?, tempat ini tidak pernah ia datangi sebelumya. Disini juga tidak ada orang lain selain ia dan mamanya.

"M-mama," kata laki-laki itu bergetar. Perasaan bahagia mengudara diantara keduanya.

Nindya mengangguk.
"Iya, ini mama. Mama disini," sahutnya.

"Maaf."

"Untuk apa Za?. Mama selalu bangga dengan Eza," ia mengelus punggung Eza.

Kemudian Eza mengurai pelukannya. Ia menatap lurus kedepan, ada yang janggal, bukankah mamanya sudah meninggal?, lalu bagaimana ia bisa bertemu dengan sang mama?. Jika ini mimpi kenapa terasa begitu nyata.

Nindya menarik Eza agar berbaring di pangkuannya. Tangan lentiknya mengelus pelan surai legam sang putra. Pemuda 21 tahun itu masih sama seperti biasanya, ia tak banyak bicara dan hanya menikmati kasih sayang dari ibunya.

EZAZEA(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang