BAB:4.BUKAN JODOH

1.5K 173 13
                                    

Pagi-pagi sekali Eza menyeret keponakannya yang bernama Ahzam untuk ikut bersamanya kerumah Gus Ikhwan, Ahzam ditinggal sendiri dirumah karena kedua orang tuanya sedang bepergian kerumah keluarga dari mama Ahzam untuk memberitahukan bahwa istri Gu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali Eza menyeret keponakannya yang bernama Ahzam untuk ikut bersamanya kerumah Gus Ikhwan, Ahzam ditinggal sendiri dirumah karena kedua orang tuanya sedang bepergian kerumah keluarga dari mama Ahzam untuk memberitahukan bahwa istri Gus Rayhan itu tengah hamil yang kedua. Ahzam punya adik.

Setelah selesai sarapan Eza juga mengantarkan keponakannya itu kesekolah, sekalian karena tempat tujuannya melewati sekolah bocah itu.

"Cepetan!" sentak Eza melihat dua keponakannya itu bertele-tele.

"Sabar om, orang sabar disayang tuhan," ujar Ahzam, ia duduk disamping Zeidan, sedangkan Eza berperan sebagai sopir didepan.

"Kata ayah, orang yang meninggal muda itu disayang Tuhan. Kalau om disayang Tuhan berarti sebentar lagi meninggal," ucap Zeidan polos, menyerempet ke bego. Eza mimijat keningnya, pusing memiliki ponakan seperti mereka.

"Ga gitu konsepnya, Zeinab." Ahzam tersenyum kikuk, melihat tatapan tajam milik Eza.

"Berisik!,"

"Zeid tau gak kenapa om Eza masih jomblo diumur 20 tahun?, sedangkan ayah sama papa diumur 18 udah nikah," bisik Ahzam di telinga adiknya itu.

"Kenapa bang?," tanya Zeidan ikut berbisik.

"Karena om Eza itu jelek, galak, datar kayak tembok, mana ada cewek yang mau sama dia," ujar Ahzam menahan tawa.

"Oh gitu ya bang? , jadi om Eza gak laku?," kata Zeidan ikut terkikik.

"Om denger," ujar Eza, kalau mereka berdua bukan anak dari kakaknya sudah ia pastikan kedua bocah ini babak belur.

"Gitu aja marah, pantes cewek-cewek gamau," bisik Zeidan.

Eza hanya bisa bersabar, tidak ada yang berani mengatainya kecuali Ahzam dan Zeidan. Ia tetap fokus menyetir hingga sampai ditempat tujuan.

"Turun!" suruh Eza ketika sudah sampai di depan gerbang SMA Sanjaya.

Ahzam menyodorkan tangannya dihadapan Eza, pemuda berusia 20 tahun itu mengernyit lalu meletakkan tangannya diatas telapak tangan Ahzam.

"Bukan mau salim om, minta duit," kata anak itu tidak tau diri.

"Oh." Eza jadi malu sendiri, ia mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang lima ribu rupiah kepada Ahzam.

"Segini doang cuma bisa beli teh es," kata Ahzam tak Terima. Eza mendengus kesal lalu kembali membuka dompetnya.

"Yang merah Om," kata Ahzam lagi.

EZAZEA(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang