.
.
.
Ketukan ringan dua kali terdengar di balik pintu kayu berbahan mahoni itu.
Beberapa detik setelahnya, seseorang membukanya perlahan dari luar.
Sang pemilik ruangan yang saat itu sibuk mengetik sesuatu di ponselnya tak merasa terkejut dengan kedatangan sang putra.
Jaebum, pria berusia lebih dari 50 tahun itu mengesampingkan sejenak pesan dari salah satu sekretaris nya yang memberikan informasi mengenai rincian jadwal esok hari.
Sebaliknya, pria yang secara tak langsung menjadi pemimpin keluarga Arsena itu beralih memandangi penampilan sang putra.
Changbin, putra nakalnya ini tak banyak berubah dari semenjak mereka terakhir kali bertemu.
Surainya masih gelap, sama seperti sebelumnya. Pun cara berdiri anak itu yang masih terlihat santai namun seakan menantang orang yang melihat nya tak berubah sedikitpun.
Hanya saja, sebuah luka karena jahitan kini terlihat berbekas di salah satu lengannya.
Jaebum tau dari mana luka itu berasal, makanya pria paruh baya itu tak tertarik untuk bertanya lagi.
Changbin yang menjadi objek pengamatan sang papa hanya menunduk dalam. Ia memilih untuk diam, menunggu sampai sang papa selesai dengan kegiatannya.
Tahu jika sang anak merasa tak nyaman, Jaebum kemudian memilih untuk melempar ponselnya ke meja.
Menghiraukan pesan pesan penting lain yang mungkin belum terbaca di kotak masuk emailnya.
Jaebum menghela nafas berat.
Jujur ia marah sekarang. Tak tahu lagi harus memarahi sang putra dengan cara apa.Changbin bukan anak yang takut pada pukulan dan ancaman, pun tak akan jera hanya karena omelan.
Jaebum mengusap wajahnya kasar. Memikirkan tentang masalah yang menyeret sang putra semalam, sejujurnya cukup untuk membuat kepalanya berdenyut pusing.
Bukan, bukan tentang kemungkinan sang putra yang mungkin saja benar-benar menghamili anak orang.
Pun tentang citra perusahaan dan keluarga yang juga ikut dipertaruhkan.
Jaebum terlalu malas untuk mengurusi hal semacam itu.
Pria berwajah dingin itu menyipitkan matanya, malas juga memandangi si pembuat onar terlalu lama.
Helaan nafas berat sekali lagi terdengar dari sosok yang lebih dewasa, yang kemudian diikuti oleh omelan yang sudah dari semalam ia simpan untuk putra ketiganya.
"Kurang nakal apa lagi le kamu itu? ndak sekalian berantem sama orang sampai hampir mati kaya mas mu dulu?"
Jaebum menyindir sang putra, membandingkan dengan kejadian dulu yang juga hampir membahayakan seluruh keluarganya.
Changbin tak berani buat membela diri saat ini, Leo muda itu hanya menunduk semakin dalam sambil mendengarkan segala omelan yang akan papanya katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
via : skz lokal vers.
Fanfiction"Corona gak melulu tentang wabah kok, buktinya trio arsena + mas Aresh malah nemu calon menantu buat mama papa di Jakarta." tentang bangchan, dan tiga adiknya yang mudik saat wabah corona.