.
.
.Hari itu masih tergolong pagi bagi semua Arsena di rumah nenek. Terlalu pagi malah.
Pukul tujuh lewat sepuluh, semua penghuni rumah sudah rapi di ruang tamu. Memakai pakaian berwarna dasar putih yang memang identik dengan suasana hari itu.
Hyunjin jadi orang pertama yang duduk bersimpuh di depan nenek. Satu satunya wanita dengan marga Arsena itu tengah duduk santai di salah satu sudut sofa.
Di dekatnya ada beberapa lembar uang berwarna biru yang memang sudah diincar si bungsu sejak malam sebelumnya.
"Nek, maafin Esa ya karena nakal tiap hari trus ndak mau dengerin nenek juga biasane." Suara pelan Hyunjin terdengar, bersamaan dengan dahi putihnya yang bertemu dengan punggung tangan sang nenek.
Nenek yang dimintai maaf tak memberikan jawaban berarti, namun tangan kirinya yang bebas bergerak lembut untuk mengusap surai hitam milik Hyunjin.
"Maaf juga karena kemarin Esa pecahin aquarium di pondok belakang.." Hyunjin menjeda kalimat nya sebentar, menunggu respon dari nenek yang mungkin saja akan marah karena pengakuan dadakannya.
Setelahnya, karena tak ada respon apapun si bungsu itu kembali melanjutkan acara ucapannya, "Pokok e mas arkha sing lebih salah nek, mas sing ngajak aku main bola di dalem pondok soale." Hyunjin mengadu.
Mendengar itu, tak ada perubahan apapun yang tercipta di wajah nenek. Wanita paruh baya itu sebenarnya sudah tahu perihal masalah aquarium pecah yang katanya mbak Sri pecah secara mandiri kemarin hari.
Nenek sih kurang percaya kalau aquarium bisa semandiri itu memecahkan diri sendiri, kecuali kalau memang pecah karena perbedaan suhu ya.
Toh nenek juga yakin kalau suhu air dan udara di pondok belakang aman aman aja kemarin.
Makanya, waktu ada satu cucunya yang nyerahin jadi tersangka nenek gak bisa marah juga. Orang udah ketebak sebenernya.
"Yawes, ndak papa.. Tapi jangan main bola di dalem rumah lagi lho.." Nenek beralih tangkup pipi Hyunjin kemudian beri kecupan ringan di dahi si bungsu itu.
Yang diberi nasehat pun hanya mengangguk patuh, mengiyakan apapun yang nenek katakan padanya.
Tak lama, posisi Hyunjin digeser oleh Bangchan yang juga ingin meminta maaf pada nenek. Baru kemudian diikuti oleh semua penghuni rumah lainnya secara bergantian.
Hari ini, Hari raya idul fitri tahun 2022 berlangsung. Gak banyak yang beda kok kalau dibandingkan dengan hari raya tahun sebelumnya.
Mama papa masih stay di Jakarta sana, para Arsena muda juga masih suka heboh tiap series baru dari iklan marjan muncul di TV, juga masih selalu ribut perihal takjil apa yang akan mereka makan sewaktu buka puasa nanti.
Untungnya di ramadhan tahun ini, ada seonghwa sekaligus hongjoong yang sesekali bisa Bangchan mintai tolong buat ngurus para Arsena muda jikalau para perusuh itu lepas kendali.
Seungmin sebenarnya bisa membantu, tapi dokter manis itu sudah cukup lelah karena dimonopoli Felix dan Han hampir setiap hari.
"Jadine kapan kamu berangkat ke Jakarta, res?" Hongjoong lempar pertanyaan pertamanya untuk sang sepupu pagi ini.
Pemuda berkaca mata itu sebenarnya tengah sibuk mengetik sesuatu di layar handphonenya, namun ia tetap ingin membuka obrolan dengan sang sepupu yang baru saja akan mengambil duduk tak jauh darinya.
Bangchan yang mendapat pertanyaan tak langsung menjawab, tangan besarnya bergerak cepat membuka laptop silver di atas meja.
Setelah menekan tombol power barulah sulung Arsena itu menatap Hongjoong, tak lupa meraih setoples kue kacang yang juga berada di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
via : skz lokal vers.
Fiksi Penggemar"Corona gak melulu tentang wabah kok, buktinya trio arsena + mas Aresh malah nemu calon menantu buat mama papa di Jakarta." tentang bangchan, dan tiga adiknya yang mudik saat wabah corona.