.
.
.Arkha Banyu Arsena, si anak kedua yang terkenal dengan keanehan nya. Lulus lebih dulu dari teman-teman kampusnya. Tapi tak banyak yang tau, cerita tentang dia yang pernah harus pindah SMP hingga tiga kali banyaknya.
Arkha 15 tahun, adalah sosok yang paling tidak disukai mama. Entah sekedar bolos kelas atau bahkan ikut tawuran dengan anak SMK, yang saat itu jelas lebih tua dari dirinya.
Bentakan dan pukulan dari papa gak buat dirinya diam dan belajar. Tangisan mama pun ia hiraukan, supaya tetap bisa ikut balapan liar.
Tapi ..
Ada satu obrolan di tengah malam, yang kemudian buat dia berubah total.
Bukan si sulung Bangchan yang selalu jadi pembelanya dikala ia buat masalah. Ataupun Changbin, si anak ketiga yang saat itu masih 12 tahun umurnya.
Melainkan, si kecil Hyunjin..
Yang diam-diam masuk ke kamarnya di tengah malam. Mengguncang pelan tubuh Minho yang kala itu baru lelap sekitar satu jam.
Minho bangun, tapi tak ada niat buat ajak bicara si bungsu. Hyunjin hanya datang untuk membangunkannya. Memintanya menjadi teman ke kamar mandi, yang memang gelap di malam hari.
Setidaknya, itu yang bisa dipikirkan Minho. Karena tak ada hal lain yang mungkin jadi alasan si bungsu untuk masuk ke kamarnya diam-diam.
Tapi .. Keberadan plester luka berwarna kuning di tangan si kecil, buat perkiraannya meleset jauh.
Tak ada gerutuan yang keluar dari mulut Minho malam itu. Hanya lengkung manis, yang membentuk senyum tipis. Di bibir dengan hiasan luka, bekas tamparan papa.
Hyunjin ulurkan tangannya, beri yang lebih tua satu plester luka miliknya.
"Mas, ini dipakai ya.. Aku punya dua. Yang gambar kucing buat mas Arkha."
Si bungsu beri senyum lebar, buat matanya hilang ditelan pipi nya yang berisi.
Minho angkat badan Hyunjin ke pangkuannya. Di usia yang hampir menginjak 10, si bungsu ini memang tampak lebih mungil dari anak seusianya.
Dulu mama sempat khawatir, tapi ternyata tidak ada yang salah dengan pertumbuhan Hyunjin. Semua anak punya proses mereka masing-masing.
"Echa, mau tidur bareng mas?"
Minho beri pandangan teduh, yang undang senyum manis di bibir si bungsu.
Yang lebih muda bawa tangannya usap sudut bibir yang lebih tua. Ada luka memar disana, dan sedikit sobek di ujungnya.
"Mas, ini sakit?" Ada sorot khawatir di manik si kecil saat menanyakannya.
Minho beri gelengan, tak ingin berkata jujur tentang rasa perih di sudut bibirnya. Atau tentang rasa berat di kepalanya yang memang sudah cukup lama dia rasa.
"Di SMP sibuk ya? Mas Arkha pulangnya malem terus.."
Hyunjin peluk leher masnya. Jadikan bahu tegap Minho sebagai sandaran dagunya.
"Echa kangen, main sama mas Arkha .. Abang juga kangen. Besok sepedahan lagi, ya?"
Si kecil berbisik, bangunkan rasa bersalah di hati yang lebih tua. Malam itu, Minho diingatkan. Bahwa dirinya yang lama telah hilang.
Sosok mas yang hangat untuk dua adiknya. Sosok anak manja dan penurut yang selalu minta suap pada mama. Dan sosok anak laki-laki kecil keras kepala yang selalu minta diajari basket oleh kangmas dan papanya.
Ia berubah.. Menjadi asing, dan jauh dari keluarga. Mama dan papa tidak tau apa yang jadi sebab. Pun semua saudaranya.
Hanya Minho yang tau .. Tentang rasa kosong di hatinya, selepas kepergian kakek ke surga. Juga tentang rasa kecewa, pada tuhan dan dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
via : skz lokal vers.
Fanfiction"Corona gak melulu tentang wabah kok, buktinya trio arsena + mas Aresh malah nemu calon menantu buat mama papa di Jakarta." tentang bangchan, dan tiga adiknya yang mudik saat wabah corona.