11

548 51 1
                                    

Pagi itu, tubuh Mikasa terperosok ke lantai akibat pintu kamarnya dibuka secara tiba-tiba.

"Bangun, sekolah" Tutur Mama nya singkat.

Mama Mikasa mengambil tas Mikasa dan membaliknya. Itu membuat semua barang-barang di dalamnya terjatuh.

"Ck ck ck! Cowo di sekolahmu mikir apa ya? Kok mau ngasih hadiah ke cewe kaya kamu?"

Mikasa hanya diam sambil mengusap siku nya yang merah akibat terperosok tadi.

"10 menit ke bawah atau Mama kunci dari luar"

Mama Mikasa membawa jajanan dan beberapa barang pemberian teman seangkatan/adik kelas Mikasa. Setiap hari memang selalu seperti itu, Mikasa cukup populer di sekolah karena pintar dan cantik. Ia menerima hadiah setiap hari, namun tak satupun ada yang menjadi miliknya. Semua itu selalu diambil oleh Mama nya sebelum Mikasa pergi ke sekolah.

"Badan gue sakit banget karna ketiduran sambil duduk" Lirihnya sambil meregangkan tubuh.

Mikasa siap tepat sebelum 10 menit. Ia berlari ke bawah dan duduk di meja makan bersama keluarganya.

"Kemarin kemana aja kamu sama cowo?" Tanya Mamanya ketus.

"Mika cuma temenin dia karna lagi sakit"

Mama Mikasa membanting piring yang ada di genggamannya ke meja. Ia menatap Mikasa dengan tatapan penuh amarah.

"Gausah sok peduli ke orang lain, pikirin masa depan! Mau jadi apa kamu kalo bolos gitu? Jadi pelacur?"

Mikasa diam dan terus menunduk, ia mulai mengonsumsi sarapannya sambil mendengarkan ocehan pedas dari Mama nya.

Saat itu setelah selesai sarapan, jam masih menunjukkan pukul 05:00 pagi, dimana 1,5 jam lagi Mikasa baru berangkat ke sekolah. Dalam waktu kosong tersebut, Mikasa diharuskan belajar tepat di meja makan dengan diawasi langsung oleh Mama nya. Ini sudah terjadi sejak usia Mikasa menginjak 5 tahun. Bahkan di hari libur pun Mikasa harus bangun di pagi hari untuk belajar.

"Ma besok kan minggu, Mika boleh ga tidur sampe jam 6?" Tanya Mikasa.

"Ga, mau hari apapun itu wajib bangun jam 4"

Mikasa langsung diam, tak ingin lagi menghancurkan harapannya sendiri.

-

Setelah keluar dari rumah, Mikasa menarik nafas dalam-dalam dan mulai memasang senyum. Ia mulai berjalan ke sekolah sambil mengenggam jaket yang diberikan Mama nya.

"Pake ini, ntar temenmu pada liat bekas libasan di tanganmu"

Terlintas ucapan Mamanya di benak Mikasa. Hatinya terasa sakit begitu mengingatnya.

"Gue tau gue salah, tapi kan semua uda berlalu"

-

"Lo sakit Sa? Kok ga bales chat gue?" Tanya Pieck sesaat setelah Mikasa tiba di kelas.

"Hp gue lowbat dari kemaren, males ngecharge. Lagian gaada yang ngechat juga" Jawab Mikasa sambil menidurkan kepala di atas lipatan tangannya.

"Heh jadi gue apaan anjir? Gue ngechat lo 24/7 supaya lo ga kesepian begoooo"

"Haha sorry deh"

"Lo sakit? Kok pake jaket?" Tanya Pieck.

"Agak ga enak badan sih, gue cuma kurang tidur"

Mikasa menyembunyikan wajahnya dan tertidur dalam hitungan detik.

"Pasti berat banget ya Sa jadi lo" Lirih Pieck mengasihani sahabatnya satu ini.

Beloved Bad Boy {Eren x Mikasa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang