Saat memasuki rumah, ternyata rumah sedang kosong. Tak ada tanda-tanda kehidupan dalam rumah itu.
"Ini gada orang kok pintunya ga dikunci sih" Lirih Mikasa pelan.
"Ada gue"
Suara dari seseorang menggema di telinga Mikasa dari arah belakang. Mikasa sontak menoleh dan mendapati Levi yang tak lain dan tak bukan adalah saudara kembarnya.
"Ngapain pulang lo?" Tanya Mikasa ketus.
"Lo yang ngapain pulang, tinggal bareng aja noh sana sama si gondrong. Najis amat ngeliat lo berdua" Jawab Levi seraya mendekati sofa.
"Kalo najis gausah diliat, ribet amat"
Mikasa pergi menuju kamarnya dan mulai mengemasi barang. Ia seolah tau bahwa akan di usir dari rumah padahal belum tentu orang tuanya tak membutuhkannya di rumah.
Setelah selesai mengemas, Mikasa kembali ke ruang tamu dan bergabung dengan Levi yang asik menonton televisi.
"Lo ga lulus ya? Bego banget jadi orang" Ledek Mikasa.
"Siap si paling juara umum tiap tahun, gue mah cuma ampas" Balas Levi tak kalah ketus.
Levi dan Mikasa adalah saudara kembar dan tak ada yang mengetahui hal itu kecuali keluarga dekat. Mereka memang dilahirkan di hari yang sama, namun kehidupan mereka sangat berbanding terbalik. Levi merupakan satu-satunya anak laki-laki di keluarga itu, sementara Mikasa hanyalah anak perempuan kedua setelah almarhumah Kakaknya, jadi Levi sangat amat dihargai kehadirannya meski belum memberi keuntungan apapun.
Levi tak pernah sekalipun mendapat bentakan atau kekerasan dari kedua orang tuanya, meski ia sangat nakal sekalipun, mereka akan dengan mudah memaafkan. Tentu saja ketidakadilan sangat dirasa oleh Mikasa, namun apa mau dikata, Mikasa hanyalah anak yang tidak diharapkan. Mengapa demikian? Sejak menikah kedua orang tuanya hanya menginginkan sepasang anak dan tak mau lebih, namun Tuhan memberi mereka sebuah karunia lagi.
Hal itu awalnya tak menjadi masalah bagi sepasang suami istri itu, namun setelah Mikasa membuat kakaknya meninggal dunia, mereka berubah pikiran. Mereka menganggap Mikasa hanyalah penghancur dan tak ingin lagi berbaik hati pada gadis yang rapuh ini. Sungguh malang nasibnya..
.
."Bukain pintu sana, gue mager" Suruh Levi setelah terdengar suara klakson dari arah luar.
Mikasa tak bisa menolak, ia langsung bangkit agar orang tuanya tidak mengamuk.
"Najis amat liat lo, mentang-mentang kesayangan"
Mikasa membukakan pagar dan kembali masuk menunggu kedua orang tuanya masuk juga.
.
."Jadi gimana hasilnya? Lolos ga?" Tanya Kenny, Papa Mikasa serta Levi.
Mikasa menggeleng pelan sambil menunduk.
"Yaaah, nyusahin aja lo" Ketus Levi ingin memperkeruh suasana.
"Levi, diem dulu nak. Biarin Papa ngomong" Sahut Kuchel, Mama Mikasa dan Levi.
"Mikasa? Kamu ga lolos?" -Kenny.
"Iya, kenapa?" -Mikasa.
"'Kenapa' kamu bilang?" -Kenny.
"Iya kenapa?" -Mikasa.
Plakk!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Mikasa. Meninggalkan bekas kemerahan yang dapat dilihat dengan jelas. Tamparan itu begitu membrutal hingga Mikasa harus menahan tangisnya disana. Ia tak ingin di cap sebagai gadis lemah.
![](https://img.wattpad.com/cover/308287583-288-k410936.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Bad Boy {Eren x Mikasa}
Fanfiction[FAN FICTION] Menceritakan tentang seorang bocah laki-laki nakal yang menyukai seorang gadis cuek bernama Mikasa, hari-hari di sekolah mereka lalui meski Mikasa secara terang-terangan menunjukkan ketidaknyamanan nya. Hal itu tidak mematahkan semanga...