35

372 27 0
                                    

"Maafin gue ya, bukannya angkat nama keluarga malah bikin malu dengan keadaan gue yang kayagini"

Mikasa mengusap air matanya.

"Ga semuanya salah lo kok, gue juga salah, bahkan mama sama papa juga salah. Kalo aja mereka bisa ngasih keadilan, pasti lo ga akan jadi kayagini. Maafin mereka ya, Sa?"

Levi mengusap pundak Mikasa dan menariknya dalam rangkulan sehingga Mikasa menopangkan kepala di pundak Levi. Itu adalah pertama kalinya kedua saudara kembar ini bersentuhan fisik dengan lembut.

Rangkulan itu terlepas setelah mereka mendengar Eren yang tak sengaja menjatuhkan barang. Mikasa dan Levi yang sedang duduk di kebun belakang pun menoleh ke sumber suara.

"Eh... Ini cuma mau nganterin snack.."

Eren meletakkan beberapa snack di dekat tempat duduk Mikasa dan Levi, kemudian kembali ke dalam rumah.

"Sa, lo mau ga balik ke rumah?" -Levi.

"Ngapain?" -Mikasa.

"Lo kan lagi hamil, kalo di rumah lo bisa tanya-tanya  ke mama soal kehamilan. Kalo disini gue takut lo kenapa-napa" -Levi.

"Engga deh, gue takut malah stress kalo disana. Lo juga tau kalo mama gasuka sama gue" -Mikasa.

Mikasa bangkit dan pergi masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meninggalkan Levi sendiri di kebun.

Malam itu, Levi menginap di rumah Eren atas kemauannya sendiri. Ia masih ingin berbicara lebih banyak hal lagi dengan Mikasa. Ia ingin lebih mengenal Mikasa sebagai saudara kandungnya.

Malam itu pada pukul 21:30, setelah selesai mengobrol banyak hal di ruang TV, ketiga orang ini memutuskan untuk beristirahat.

"Lo tidur di kamar gue aja Lev" Suruh Eren.

"Lah terus Mikasa tidur dimana? Lo tidur dimana?" Tanya Levi.

"Mikasa tidur di kamar orang tua gue, biar gue tidur di ruang TV aja"

"Yakin lo?"

"Iya udalah gausah banyak tanya ya"

Eren pergi menuju kamarnya untuk mengambil selimut dan bantal, lalu ia kembali ke ruang TV yang masih dihuni oleh Levi dan Mikasa.

"Kalo ada apa-apa panggil aja ya" Tutur Eren pada Levi dan Mikasa yang mulai beranjak bangkit.

Setelah Levi masuk ke kamar Eren, Mikasa kembali masuk ke ruangan dan mendapati Eren yang sudah tertidur pulas seperti bayi di atas sofa. Melihat selimut Eren yang tidak dipakai dengan benar, Mikasa langsung membenarkannya dan berjongkok tepat di sebelah wajah Eren. Ia menatapi wajah itu selama beberapa saat.

"Have a nice dream, sweetheart" Lirih Mikasa yang kemudian mengecup kening Eren sekilas.

Mikasa bangkit dan mematikan lampu, ia lantas pergi ke kamar untuk beristirahat.

***

Dikala mata hampir tertutup rapat, Levi menerima sebuah panggilan. Dengan nafas berat, ia bangkit dan menerima panggilan yang berasal dari ibunya.

"Kenapa, ma?"

"Levi, papa belum pulang juga"

"Salah siapa ma? Salah mama kan? Levi uda cape banget ma ngurusin kerjaan di kantor. Please jangan nambah beban Levi dong"

"Kamu ga sayang sama mama?"

"Bukan gitu ma, ini uda ke 7 kali di bulan ini mama ngambek ke papa cuma gara-gara papa nyebut nama Mikasa.. Mama bukan anak kecil ma, ngertiin papa dong ma, ngertiin Levi juga.. Kita berdua uda repot banget sama urusan kantor"

"Memang ga ada yang sayang sama mama, mama mau bunuh diri aja!"

"Ma.. Please sekali aja jangan childish"

"Buat apa lagi mama hidup kalo gaada yang hargai mama"

"Huuft.. Yaudah iya, ntar Levi bujuk papa. Udah jangan kekanak-kanakan gitu ah"

"Mama kayagini juga gara-gara Mikasa! Coba aja dia jadi anak yang baik, pasti mama dan papa gaakan emosian gini"

"Kenapa Mikasa terus sih ma yang disalahin? Dia uda gapernah berhubungan lagi loh sama mama. Se-benci itu ya?"

"Cukup, jangan sebut nama itu lagi. Dia bukan keluarga kita lagi, dia yang memilih buat pergi, biar dia menyesal"

Levi memutuskan panggilan dan melempar handphone nya ke sembarang arah. Ia kembali berbaring di atas tempat tidur sambil menatapi langit-langit.

Saat itu, Levi benar-benar berada di titik terlelah nya. Sudah cukup muak rasanya terus memikul beban yang berat sendirian.

Pria muda bertubuh mungil ini harus membantu orang tuanya mengurus perusahaan sejak berumur 14 tahun karena ia satu-satunya ahli waris di keluarga itu.

Semua berjalan lancar hingga Mikasa tiba-tiba pergi dari rumah. Sejak saat itu, tempramen Tuan dan Nyonya Ackerman mendadak semakin sensitif, mereka bahkan tak jarang bertengkar hanya karena hal-hal sepele. Dan yang menjadi penengah dalam pertengkaran itu tak lain dan tak bukan adalah Levi. Bukannya mudah untuk menyatukan kembali dua manusia dengan keras kepala dan egois yang tinggi, namun mau tak mau Levi harus melakukan itu demi kewarasan jiwanya.

Akhir-akhir ini pertengkaran kecil itu mulai menjadi pertengkaran hebat. Tak hanya sekali Kenny bermain tangan pada istrinya. Ia sudah sangat kesal dengan sifat kekanak-kanakan Kuchel yang semakin hari semakin menjadi. Terkadang Kenny tak pulang ke rumah selama 2-3 hari. Ia memilih untuk tidur di kantor ketimbang harus bertemu dengan istrinya di rumah.

Dan lagi-lagi Levi harus menjadi penengah dikala hari-harinya sibuk dengan pekerjaan kantor. Hal itu masih sering terjadi hingga detik ini.

"Pengen log out aja deh rasanya dari bumi"

***

Pagi itu, karena semalam tertidur dalam posisi yang tidak nyaman, Levi merasakan pegal di setiap inchi tubuhnya. Tulangnya serasa hendak remuk semua.

"Lev, masih mau tidur lo?" Tanya Eren saat memasuki kamarnya.

"Jam berapa ini?" Tanya balik Levi.

"Sepuluh"

Levi buru-buru mencari handphone setelah mendengar jawaban dari Eren. Ia meraih benda dengan layar yang pecah seribu itu dan mendapati ratusan pesan dari ibunya.

"Mau jam berapa lo ke rumah?" Tanya Levi.

"Sore deh kayanya, Mikasa lagi ada kelas. Terus gue juga harus ngelatih. Lo mau balik?" Tanya balik Eren.

"Engga, gue disini aja ntar bareng kalian baliknya. Boleh kan?"

"Boleh kok, gue tinggal dulu ya. 2 jam lagi gue pulang"

Eren yang sudah berpakaian rapih itu pergi menuju tempatnya melatih. Meninggalkan Levi sendiri di rumahnya.

Saat keluar dari kamar, Levi mendapati keadaan rumah yang cukup berserakan. Tanpa pikir panjang, Levi mulai membereskan segala kekacauan dan memasak untuk dirinya sendiri.

Setelah mengisi perut, Levi duduk menghadap ke laptop. Ia mengerjakan pekerjaannya ditemani secangkir teh.

Waktu berlalu, tak terasa beberapa jam telah terlewati. Levi meregangkan tubuh dengan perasaan lega karena semua pekerjaannya sudah selesai. Ia bangkit dan pergi keluar untuk menghirup udara segar.

To be continued...

Beloved Bad Boy {Eren x Mikasa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang