30

385 26 2
                                    

"Kamu masih kuliah, kan?" -Eren.

"Masih kok" -Mikasa.

"Bagus deh" -Eren.

Suasana hening sejenak.

"Eum, kamu tau tempat gugurin kandungan ga?" -Mikasa.

"Ngga! Gausah gila Sa" -Eren.

"Aku malu Ren, bakal di cap apa aku di kampus coba kalo nanti perutku makin besar?" -Mikasa.

"Ga, pokoknya jangan digugurin. Itu anak kamu Mikasa, kamu tega bunuh anak yang bahkan belum lahir ke dunia?" -Eren.

"Aku belum siap jadi ibu" -Mikasa.

"Siap ga siap kamu harus siap, bukan kamu tapi kita" -Eren.

Mikasa menatap mata Eren lekat. Ia benar-benar tidak mengerti hati Eren terbuat dari apa.

"Aku yang bakal jagain kamu dan anakmu untuk selanjutnya dan seterusnya" -Eren.

Mikasa lagi-lagi menangis.

"Udah jangan nangis, sekarang kamu makan terus istirahat"

Eren mengantarkan Mikasa ke dapur untuk makan malam. Setelahnya, Eren mengantar Mikasa ke kamar orang tuanya.

"Kok di kamar ini?" Tanya Mikasa.

"Kamarku lagi berantakan, kan kamu liat juga tadi. Tempat kotor ga baik buat bumil" Jawab Eren.

Mikasa memandangi sekeliling kamar mendiang orang tua Eren. Hawanya terasa sangat nyaman dan hangat. Kamar itu juga tertata dengan sangat rapi dan bersih dari sebutir debu.

"Nyaman banget disini" Tutur Mikasa.

Eren tak menjawab, ia terus menata bantal agar Mikasa dapat berbaring dengan nyaman disana. Setelah terasa cukup nyaman, ia mempersilahkan Mikasa naik dan menyelimutinya. Eren tak pergi, ia duduk di sebelah Mikasa, memberi sentuhan-sentuhan lembut yang menenangkan. Eren mengelus elus rambut Mikasa.

"Maafin aku ya" Lirih Mikasa.

"Shuuu... Jangan ngerasa bersalah terus, nanti kamu stress. Aku dari awal uda maafin kamu, sekarang kamu fokus ke kesehatan kamu ya, urusan biaya biar aku yang nanggung"

Mikasa mulai terlelap dalam tidurnya. Melepas semua rasa lelah yang menumpuk di pundak dan hati.

Sementara Eren, ia menatapi wajah gadis malang yang sedang berusaha melupakan semua penderitaan di hidupnya. Eren mengecup kening Mikasa kemudian pergi keluar. Ia hendak menemui dalang dari semua ini.

***

Di lapangan basket umum, Eren bertemu sosok Jean. Ia memarkirkan motor di sebelah mobil mewah milik Jean yang sedang sibuk menggiring bola menuju ring bersama seorang temannya.

Setelah mencetak satu angka, fokus Jean teralih pada Eren yang berdiri di luar lapangan. Memandangnya dengan emosi yang membara.

Tanpa merasa bersalah, Jean menghampiri dengan dagu yang terangkat di udara. Tatapannya juga sangat mengejek ditemani dengan senyum miring.

"Jean, gue balik ya. Nyokap gue nelfon mulu daritadi!"

"Oke"

Teman Jean berlari mendahuluinya dan tiba duluan di area parkir, dimana Eren masih berdiri disana.

"Salah besar lo nyari masalah sama si Jean!" Bisiknya.

Beloved Bad Boy {Eren x Mikasa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang