29

391 24 5
                                    

"Liat kacamata aku ga?" Tanya Pieck.

"Eum bentar.. Eh ini nihh"

"Huuft, makasiihhh"

Pieck langsung mengenakan kacamatanya.

"Uda bisa liat lebih jelas, kan?"

"Udah, aku bahkan bisa liat masa depanku didepan mataku sekarang"

Porco menahan senyum demi menyembunyikan tingkah salting nya.

"Udahh buruan kerjain tuh tugas" Suruh Porco.

"Iyaaa iyaaa"

Pieck mulai mengerjakan tugas-tugasanya sementara Porco asik bermain game online di handphone nya.

Menit demi menit berlalu dengan damai. Kedua insan ini sibuk pada kegiatannya masing-masing.

"Ih, ini gimana si ngerjainnyaa, susah banget dah" Pieck berdecak kesal membuat perhatian Porco teralihkan.

"Kenapa?" Tanya Porco.

"Ini susah banget, kamu tau ga gimana ngerjainnya?" Pieck naik ke atas sofa dan menunjukkan tugas yang disebutnya susah tadi.

"Ooh ini tuh gini.."

Porco menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya kepada Pieck secara merinci. Sementara Pieck sedari tadi memperhatikan tugas dan wajah Porco dari arah belakang secara bergantian. Karena gemas, Pieck menyandarkan kepalanya di pundak Porco.

"Iyaa aku ngertii"

Mendapatkan perlakuan itu, Porco tak kuasa menahan senyumnya. Ia memukul kepala Pieck dengan lembaran kertas secara pelan.

"Belajaaaaaaarrr!"

"HAHAHAHAH"

Pieck mengambil paksa lembaran tugasnya dan kembali ke tempat duduknya semula sambil tertawa.

Tanpa diketahui oleh siapapun, Pieck dan Porco sebenarnya sudah berpacaran sejak awal memasuki universitas. Ternyata selama SMA, Porco mempunyai perasaan yang sama terhadap Pieck tetapi ia malu untuk mengakuinya. Kini mereka lebih suka menjalani hubungan backstreet ketimbang publik. Sepulang dari kegiatan berkuliah, mereka selalu bertemu. Pieck sering ada di rumah Porco begitupun sebaliknya karena keluarga kedua pihak memang sudah mengetahui dan merestui hubungan mereka.

-

Tak terasa, kini sudah 3 bulan sejak putusnya Eren dengan Mikasa. Saat ini Eren sudah hampir biasa saja saat mendengar nama Mikasa, namun perasaannya masih tetap sama seperti awal bertemu. Ia tetap mencintai Mikasa dengan sepenuh hati.

"Ren, lo masih gamon?"

"Engga sih, tapi gue bakal tetep suka dia. Besok, lusa, atau sampai kapanpun gue bakal tetep cinta. Hampir tiap hari gue mikirin dia sampe ketiduran"

Seseorang yang menjadi lawan bicara Eren ini tak merespon, ia hanya menepuk pundak Eren bermaksud memberi semangat padanya.

Seringkali Eren lupa bahwa dirinya dan Mikasa sudah putus. Kadang Eren mengunjungi apartmen Mikasa yang kosong dan mengiriminya pesan setiap hari. Eren bahkan sering membeli barang-barang wanita untuk diberikan pada Mikasa, namun saat sampai di rumah ia baru ingat pada kenyataan. Jadi, barang-barang itu berakhir menjadi milik Historia.

Hati dan hidupnya benar-benar terasa kosong sekarang. Tak siapapun bisa mengisi kekosongan itu. Eren sudah putus asa, semua orang penting di hidupnya sudah pergi. Hari-hari hampa itu hanya diisi Eren dengan melatih dan berkendara tanpa arah di tengah malam yang dingin.

Banyak orang yang mendatangi Eren hanya karena penasaran dengan cerita cintanya dengan Mikasa. Mereka berlagak seperti ingin membantu, tapi setelah tau, mereka hilang entah kemana. Hal itu membuat Eren semakin merasa terpuruk, hari ke hari niatnya untuk bunuh diri semakin membesar. Namun itu tak selalu berlangsung lama. Ada Connie dan Levi yang sangat siap membantu, mereka selalu ada dikala Eren membutuhkan. Kehadiran kedua sosok ini sangat berarti dalam hidup Eren namun Eren saja yang belum menyadarinya dan selalu merasa tak memiliki siapa-siapa lagi.

Beloved Bad Boy {Eren x Mikasa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang