Hari demi hari telah dilewati. Rasa cinta Eren tak berkurang sedikitpun pada Mikasa. Malah ia semakin dan semakin mencintainya.
Sudah 2 tahun lebih sejak Mikasa di usir dari rumah, ia pun kini sudah menjalani kehidupan mandiri di apartemen yang dibelikan oleh Eren. Mikasa juga berkuliah di salah satu universitas favorit di daerah Rose (nama Distrik tempat tinggal Eren&Mikasa) menggunakan beasiswa. Universitas tersebut adalah universitas yang sama dengan Pieck. Mikasa sengaja tak memberitahu orang tuanya bahwa ia sudah ditawari beasiswa sejak lama karena tak ingin orang tuanya ikut campur lagi dengan urusannya.
Saat hari kelulusan, hanya kursi orang tua Mikasa dan Eren lah yang kosong. Mereka tak ambil pikir dengan hal itu dan tetap have fun dengan acara. Mikasa lulus menyandang gelar lulusan terbaik dalam 5 tahun terakhir.
Saat ini Eren tak lagi bekerja di restoran cepat saji tersebut, ia direkrut oleh Magath untuk menjadi pelatih di pelatihan Karate yang didirikan oleh Magath sejak lama, dan Eren mendapat cukup banyak uang dari pekerjaan itu.
Tentang Mikasa? Ia tak diperbolehkan oleh Eren untuk bekerja. Eren tak mau masa kuliah Mikasa terganggu, biarlah dirinya seorang yang mencari uang untuk Mikasa. Tapi bukan berarti Mikasa tetap diam mengikuti perintah Eren, ia diam-diam bekerja mengasuh bayi tetangganya dan mendapatkan uang saku.
-
Sore itu, pukul 16:45. Eren sedang membersihkan halaman depan rumahnya sebelum pergi ke apartemen Mikasa. Namun tamu tak di undang datang menghampiri. Ia adalah Frida, kakak Historia yang masih menetap di apartemen seberang rumah Eren tersebut.
"Eren, gue bisa bicara bentar?" Tanya Frida meminta izin.
Eren yang tadinya sibuk kini teralih pada sosok wanita di hadapannya.
"Bisa, mau bicara di dalam?"
"Engga, duduk di kebun belakang lo aja. Ada kursinya kan?"
"Ada, ayo"
Frida mengikuti langkah Eren dan sampai di tempat tujuan, ia duduk di kursi taman yang berada di kebun belakang Eren.
Sampai detik ini pun masih belum ada yang membuka percakapan, tentu saja suasana menjadi sangat canggung. Namun akhirnya Eren memutuskan untuk memecah kecanggungan itu.
"Mau ngomongin apa, kak?"
Frida yang tadinya fokus memperhatikan keadaan sekitar kini mengembalikan pandangan kepada Eren.
"Gue kagum banget deh sama lo, Ren. Dari dulu suasana di rumah lo gapernah berubah sedikitpun. Mulai dari gue pindah kesini waktu si om sama tante masih ada sampe sekarang feel nya tetep sama. Jadi kerasa kalo mereka masih ada" Frida tersenyum ramah pada Eren.
Eren membalas senyuman itu singkat.
"Ke point nya aja deh buru kak, gue gamau ah sedih-sedihan. Mau ngomongin apa?" Tanya Eren mengalihkan topik.
"Oh haha iya, uda lama gue ga ngobrol sama lo. Gue cuma mau nanya, lo ga pengen wujudin keinginan orang tua lo? Mereka kan pengen lo jadi orang sukses, kok lo malah biayain hidup anak orang sih.. Ga pengen bikin bangga alm orang tua lo?" -Frida.
"Ya gimana ya, percuma juga kalo gue usaha mati-matian buat sukses kak, tetep aja mereka ga balik lagi kan? Jadi gue cuma mau ngelakuin apa yang buat gue happy. Bukan gue ga sayang, tapi mereka pasti ngerti lah kenapa gue ngelakuin ini sekarang. Mereka juga pernah bilang kalo gue harus berguna buat orang lain" -Eren.
Frida menepuk pundak Eren sekilas.
"Jangan sampe nyesel ya, Ren"
Frida bangkit dan pulang. Meninggalkan Eren yang masih setia duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Bad Boy {Eren x Mikasa}
Fanfic[FAN FICTION] Menceritakan tentang seorang bocah laki-laki nakal yang menyukai seorang gadis cuek bernama Mikasa, hari-hari di sekolah mereka lalui meski Mikasa secara terang-terangan menunjukkan ketidaknyamanan nya. Hal itu tidak mematahkan semanga...