21

373 34 3
                                    

Perasaan dan tatapan Eren sama sedihnya seperti Mikasa. Bak diiris pisau hati Eren terasa sakit karena tak berada disana membela sosok yang dicintainya.

"Aku cuma cape dipojokin terus. Aku cape dikatain yang engga-engga sama mereka. Aku cape, aku mau nyerah"

"Hei.. Kita mungkin ga seberuntung orang lain, tapi orang lain belum tentu sekuat kita. Jangan pernah ada kata menyerah, kamu itu kuat. Karena kamu kuat makanya Tuhan kasih ujian seberat ini. Tapi gapapa.. Semua demi kebaikan kita supaya kita bisa lebih dewasa"

Eren memeluk Mikasa dengan lembut, lagi. Pelukan yang terasa lebih dalam dari biasanya. Diisi dengan isak tangis Mikasa yang sedari tadi sudah mencoba menenangkan diri.

.
.

Semua kesedihan itu usai setelah Eren berkali-kali menenangkan Mikasa. Malam itu sudah sangat larut namun Mikasa belum mengizinkan Eren untuk pulang. Mereka berdiam fokus pada layar televisi yang sedang menayangkan film horor favorit Mikasa, 'The Nun'.

"Sayang, tidur ya? Liat uda jam berapa tuh"

Mikasa menoleh ke arah jam yang menunjukkan angka 1 lewat 20 menit. Namun ia tak bergeming, dirinya malah semakin mengeratkan pelukannya dengan Eren. Mikasa menyandarkan kepala di dada Eren.

"Besok kamu ga masuk kelas emangnya? Ntar kesiangan"

Mikasa tetap diam menikmati film nya.

"Besok mau ikut liat pertandingannya Falco sama Gabi ga? Jam 2 mulainya"

Mikasa mengangguk kecil.

"Yaudah.. Aku jemput ya? Kan uda punya motor baru hehe"

Bak berbicara dengan tembok, Eren tak mendapatkan jawaban apapun dari sang kekasih. Ia akhirnya memilih untuk ikut diam sambil mempernyaman duduknya dan mengelusi kepala Mikasa agar tertidur.

Sesekali Eren membenarkan selimut yang dipakai oleh Mikasa, sesekali pula ia mencium kening sang gadis

"Jumpscare berkali-kali tetep biasa aja reaksinya. Keren sih pacar gue" Batin Eren.

Mikasa akhirnya tertidur dalam pelukannya dengan Eren. Namun jauh sebelumnya Eren sudah tertidur duluan.

Pukul 3 pagi itu, Eren menggendong Mikasa menuju kamarnya dan bergegas pulang. Di jalan, Eren dicegat oleh seorang pria yang sama sekali tak asing baginya. Yap! Levi.

"Lev? Kenapa?" Tanya Eren.

Levi hanya diam duduk di atas sepeda motornya. Ia kemudian membuka helm dan menghampiri Eren.

Sebuah tepukan sapa mendarat di pundak kiri Eren.

"Sehat lo?" Tanya Levi.

"...Sehat"

Levi menatap Eren sambil tersenyum miring. Melihatnya membuat bulu kuduk Eren berdiri.

"Heh tatapan lo ah najis bet najiss!"

"Hahaha, sorry ya gue uda jahat banget ke lo. Lo mau maafin gue ga?" Tanya Levi.

Eren hanya menaikkan kedua alis sambil memutar bola matanya.

"Lo ngapain naik goblok!?" Teriak Eren setelah Levi naik ke motornya.

"Uda buruan ayo temuin Connie sama Armin, kangen banget gue cuy"

Dengan berat hati Eren menyalakan motornya dan segera berkendara menuju rumah kedua teman lainnya.

"Motor lo gimana? Ilang ntar nangis lo"

"Santai, santai, ga akan ada yang berani curi motor gue"

Mereka sampai di depan rumah Connie. Berbisik-bisik sejenak kemudian langsung melancarkan aksi. Eren serta Levi menyelinap masuk ke dalam kamar Connie yang ada di lantai dasar melalui jendela yang tak pernah dikunci oleh Connie. Tampaklah disana kepala botak yang ditumbuhi rambut halus sedang mendengkur keras.

Beloved Bad Boy {Eren x Mikasa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang