17

402 36 0
                                    

Eren hanya diam. Ia tak tau harus bagaimana saat ini. Tubuhnya serasa membeku menatapi lantai ring yang terasa dingin. Pertandingan sudah dimulai sejak 5 menit yang lalu, namun belum ada perlawanan dari Eren. Ia hanya pasrah menerima serangan dari Levi.

"Ayo dong, jangan lemah. Lo harus lawan gue, lo harus buktiin lo bisa jagain Mikasa" Teriak Levi dari seberang ring.

Eren mendongak, menatap Levi lebih dalam. Sesuatu terasa seperti mendorongnya untuk berduel dengan Levi. Entah pembuktian atau rasa kesal, ia tak tau.

Eren mulai melangkah maju menuju Levi dan mendaratkan sebuah kepalan tepat di perut Levi.

"Shit"

Dengan satu pukulan itu, pertahanan Levi roboh sudah. Ia terjatuh berlutut di hadapan Eren sambil menahan rasa perih yang menggerogoti seluruh isi perut.

"Maaf Lev, gue ga mau nyerang lo lebih dari itu" Ujar Eren seraya ikut berlutut dan memeluk Levi.

"Jagain adek gue ya, Ren"

Pertandingan selesai begitu saja, Eren pergi meninggalkan bar diikuti oleh Connie.

-

"Ren, lo gapapa?" Tanya Connie pada Eren yang sedari tadi berjalan di depannya tanpa suara.

Eren tak menjawab pertanyaan singkat itu, ia hanya terus fokus berjalan. Sampai mereka tiba di depan rumah Eren, ia pun masih terus diam.

"Eren? Lo gamau gue temenin dulu?" Tanya Connie untuk kedua kalinya.

"Engga, lo balik aja. Soal Mikasa besok gue ceritain"

Eren langsung memasuki pekarangan rumah dan membuka pintu menggunakan kunci cadangan. Memasuki ruang demi ruang dan menemukan Mikasa tertidur di meja makan bertumpu pada tangan dengan makanan yang tersedia diatasnya. Melihat pemandangan manis itu, membuat hati Eren yang semula sedih menjadi tenang kembali.

Eren duduk di sebelah Mikasa dan mengelus lembut rambutnya. Ia menatapi wajah tidur Mikasa yang begitu cantik nan memesona.

Mikasa tersadar dari tidurnya saat merasakan sesuatu mendarat di kepalanya. Ia mengangkat kepala dan menatap Eren beberapa saat.

"Kamu kenapa? Kok luka-luka gitu?" Tanya Mikasa seraya menangkup pipi Eren.

"Berantem dikit tadi, ga sakit kok"

Eren menurunkan tangan Mikasa dan menggenggam keduanya.

"Sayang, kamu kenapa ga tidur di kamar? Liat uda jam berapa ini"

Mikasa melirik jam yang menunjukkan pukul 02:20 pagi.

"Aku ga tenang kalo kamu belum pulang, kamu darimana aja si.."

Bukannya menjawab, Eren malah menarik kepala Mikasa menuju dekapannya.

"Ga darimana-mana kok, udah yaa tidur lagi yuk.. Besok masih sekolah kan"

Eren mengantar Mikasa kembali ke kamarnya dan mencoba mengiringi tidur sang gadis dengan buaian lembut.

"Mimpi indah, sayangku"

Setelah memastikan Mikasa sudah benar-benar tidur, Eren kembali ke dapur untuk makan dan mengobati luka-luka yang ia dapatkan di bar tadi. Ia menatap wajahnya di cermin. Tampak kacau.

"Jelek banget gue kalo abis berantem gini haha"

Setelah selesai, Eren memanaskan lauk yang dimasak oleh Mikasa kemudian mulai menyantapnya. Begitu sesuap masuk, mata Eren langsung memerah berair. Betapa pedasnya tumis jamur ini. Eren minum dan memandang makanananya selama beberapa saat, kemudian kembali menyantapnya. Meski tak suka makanan pedas, Eren tak mau membuat Mikasa bersedih karena ia tidak memakan masakannya. Ia tak mau Mikasa berpikir bahwa masakannya tidak enak dan membuat hati kecilnya terluka. Ia ingin Mikasa merasa dihargai.

Beloved Bad Boy {Eren x Mikasa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang