Malam itu, Mikasa mulai merenungi kembali apa yang sudah dirinya lalui. Sebelum dan sesudah Eren hadir. Banyak alur yang tak menentu dalam hidupnya, bahagia dan kesedihan tak selalu muncul dalam waktu yang lama. Setelah kebahagiaan, akan muncul kesedihan. Begitu juga sebaliknya, setelah kesedihan, akan muncul kebahagiaan.
Dalam rendaman air hangat yang menenangkan, Mikasa memeluk kedua kakinya. Menatapi buih-buih yang mengambang di atas tenangnya air.
Banyak hal yang gagal ia wujudkan, banyak sekali. Bahkan ia hampir kehilangan hidupnya. Namun sosok Eren, ia hadir membawa secercah cahaya, memberi bahu untuk bersandar, memberi telinga untuk mendengar, memberi pelukan untuk melepas penat, memberi kata-kata yang selalu menguatkan, memberi tangan yang siap menggenggam, memberi waktu untuk terus bersama, dan memberi seluruh cintanya. Kebahagiaan abadi yang selalu ia minta kepada Tuhan adalah Eren.
Andai waktu bisa diulang, Mikasa pasti takkan membiarkan Eren lelah mengejarnya. Ia takkan membiarkan Eren berpikir bahwa dirinya dibenci. Namun pada akhirnya, ia mendapatkan sosok itu. Sosok yang selama ini hanya ada di angan-angan, kini menjelma menjadi nyata dalam diri Eren. Pria manis itu selalu bisa membuat Mikasa bahagia dengan cara-cara sederhana versinya. Pria yang selalu bisa melindungi dan menghargai wanitanya.
Lamunan Mikasa terhenti setelah mendengar suara ketukan dari arah pintu.
"Sa.. Hampir 30 menit loh ini, ntar kamu masuk angin. Ayo buruan mandinya, makan malamnya uda aku siapin tuh di meja. Aku keluar bentar ya"
"MAU KEMANAAA" Teriak Mikasa.
"Warkop doang bentar, kamu mau titip sesuatu ga?"
"GAADAAA, JANGAN LAMA-LAMA YAAA"
"Iyaa sayaaaang"
Kalimat singkat itu membuat pipi Mikasa memerah. Ia menenggelamkan wajahnya di air untuk menyembunyikannya.
-
Selesai mandi, Mikasa menghadap ke laptop yang tadi di ambil oleh Eren dari apartment lamanya bersama dengan barang-barang yang lain. Mikasa melihat betapa banyak tugas yang tidak ia kerjakan belakangan ini.
"Hadehh, banyak banget nih tugas.. Mana deadline lagi"
Mikasa mengesampingkan semua tugas-tugasnya. Ia beralih pada makan malam yang dimasak oleh Eren.
"Apa gue berhenti kuliah aja ya, kalo selesai kuliah nanti pun gue uda punya anak. Mau kerja tapi banyak tanggungan di rumah"
Mulutnya terus mengunyah dengan alis yang berkerut. Saat ini otak Mikasa sedang bekerja keras, khayalannya mulai menyusuri waktu.
"Huuft, udalah. Kuliah juga bikin stress, belom lagi ketemu Jean atau masalah-masalah lain. Mending gue buka usaha aja, tabungan gue juga masih cukup buat modal"
Mikasa membereskan sisa makannya dan menata barang-barang miliknya yang masih tersimpan di dalam dus-dus.
-
"Sensei, nikah itu biaya nya besar banget ya?"
"Biaya nya sih ga besar, tapi keyakinan dan tanggung jawabnya yang besar. Menikah itu berarti kamu harus siap mengorbankan segalanya untuk istri dan anakmu kelak, banyak hal yang mengharuskan kamu jatuhin harga diri demi kelangsungan rumah tangga. Kamu sudah yakin mau menikah?"
"Yakin 100%, saya beneran uda siap banget buat nikah"
"Kalo kamu cuma urus dokumen nikah itu gratis kok, gaperlu biaya sama sekali. Paling engga kamu cuma harus beli baju pengantin buat photoshoot"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Bad Boy {Eren x Mikasa}
Fanfic[FAN FICTION] Menceritakan tentang seorang bocah laki-laki nakal yang menyukai seorang gadis cuek bernama Mikasa, hari-hari di sekolah mereka lalui meski Mikasa secara terang-terangan menunjukkan ketidaknyamanan nya. Hal itu tidak mematahkan semanga...