Pagi-pagi buta, Mikasa membangunkan Eren yang baru tertidur 2 jam yang lalu. Ia terlihat panik sambil menggoncang-goncangkan tubuh Eren.
"Ereeeeen, banguuun!"
Eren meregangkan tubuh kemudian mengusap wajahnya, Eren akhirnya membuka mata. Ia melihat wajah panik Mikasa yang dihias dengan beberapa bulir keringat. Ia lantas bertanya.
"Kenapa Sa?"
Mikasa menunjuk tempat tidur, dimana terdapat bercak darah yang lumayan banyak. Melihat hal itu tentu Eren terkejut dan langsung bangkit.
"Sakit perutnya???" Tanya Eren panik.
Mikasa mengangguk.
"Ayo ayo ayo ke rumah sakit"
Eren memakaikan jaket pada Mikasa dan menuntunnya menuju kamar mandi. Eren mengambil handuk kecil dan membasahinya dengan air, kemudian membersihkan darah yang ada di kaki Mikasa dengan cepat.
Tak sampai semenit, kaki Mikasa sudah bersih. Eren menuntun Mikasa menuju sofa dan memintanya untuk menunggu sebentar karena Eren harus mengeluarkan motornya terlebih dahulu.
Eren kembali masuk setelah motornya siap didepan, Ia menuntun dan membantu Mikasa naik dengan perlahan.
Eren naik dan menyalakan motornya. Mereka berkendara menuju rumah sakit dengan cepat. Sepanjang jalan, tangan Eren tak lepas dari tangan Mikasa yang terlingkar di pinggangnya.
"Sabar ya, bentar lagi kita sampe kok"
Begitu sampai, Mikasa langsung dilarikan ke UGD untuk mendapatkan penanganan dari ahlinya. Kebetulan pagi itu, dokter kandungan sedang berada di tempat, jadi Mikasa tak perlu menunggu lebih lama lagi.
Menit demi menit telah berlalu, Eren dengan perasaan yang gelisah menanti kabar dari dalam ruangan itu. Kakinya tak berhenti bergerak karena rasa cemas yang begitu menggebu.
Setelah menunggu cukup lama, seorang suster keluar dari ruangan dan langsung bertemu dengan Eren. Melihat hal itu, Eren sontak bangkit dari tempatnya duduk.
"Mas nya suami mbak di dalam?" -Suster.
"Eh, iya saya suaminya. Keadaan istri saya gimana, sus?" -Eren.
"Mas ke ruangan yang ada di pojok itu aja mas, dokter yang akan menjelaskan semuanya" -Suster.
"Tapi dia ga kenapa-napa kan sus?" -Eren.
"Gapapa kok mas, mbak nya baik-baik aja" -Suster.
Eren bergegas menuju ruangan yang dimaksud oleh suster tadi. Ia masuk dan menemui seorang dokter yang sedang sibuk menulis sesuatu di atas kertas.
"Permisi dokter" Ujar Eren seraya mengetuk pintu.
"Silahkan masuk"
Eren dipersilahkan untuk duduk di kursi yang menghadap langsung dengan dokter tersebut.
"Itu istrinya atau siapanya mas?" -Dokter.
"Iya, dok" -Eren.
"Ooh, gitu ya. Mbak Mikasa cuma lagi kecapean sama stress mas, istrinya dihibur dongg kan lagi hamil muda" -Dokter.
"Akhir-akhir ini saya lagi sibuk kerja, dok. Jadi kurang ada waktu buat istri saya. Kondisinya ga bahaya ke janin kan, dok?" -Eren.
"Bahaya nya sih ga terlalu ya, cuma lemah aja kandungannya. Untung kalian gercep ke RS, kalo engga mungkin uda beda cerita. Ini resep vitamin penguat kandungan bisa dibeli di apotek" -Dokter.
"Harus rawat inap, dok?" -Eren.
"Engga, sudah boleh pulang kok" -Dokter.
Mikasa datang menyusul Eren diantar oleh suster. Ia tampak lesu dan pucat. Melihat kehadiran Mikasa, Eren cepat bangkit dan menuntun Mikasa menuju kursi untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Bad Boy {Eren x Mikasa}
Fanfiction[FAN FICTION] Menceritakan tentang seorang bocah laki-laki nakal yang menyukai seorang gadis cuek bernama Mikasa, hari-hari di sekolah mereka lalui meski Mikasa secara terang-terangan menunjukkan ketidaknyamanan nya. Hal itu tidak mematahkan semanga...