BAB XXXV Pasir Putih

11 6 11
                                    

Eila dan rekannya kini telah sampai di tempat terakhir. Sebuah pantai yang indah dan tak tersentuh oleh siapa pun. Hamparan pasir putih yang berpadu dengan birunya laut membuat mereka terpana. Ditambah lagi pulau-pulau kecil dan hutan yang mengelilingi pesisir pantai dapat membuat setiap orang terhipnotis dengan keindahannya.

"Wah, aku baru pertama kali melihat pantai," ucap Eila terpana.

"Aku juga," sahut mereka secara bergantian.

"Selagi matahari masih bersinar, aku rasanya ingin berlari mengelilingi pantai ini," ucap Eila lagi.

"Ya, kau bisa melakukan itu setelah mendapat berlian putih," timpal Varen.

Eila mengangukan kepalanya. "Kak, apa ada petunjuk?"

Radev menggeleng, "Peta ini berakhir disini. Hanya itu."

"Apa kita berpencar lagi?" tanya Felisha.

Radev terdiam. Tidak ada petunjuk tambahan untuk ia membuat keputusan.

"Berlian putih di pantai berpasir putih dengan awan putih yang terbentuk seperti kuda," celetuk Eila memainkan jarinya menatap langit.

"Apa yang kau bicarakan Eila," balas Aksa.

"Kuda?" Pernyataan Varen mendapat anggukan dari sang gadis.

"Awan itu seperti kuda," tunjuk Eila.

"Kak, selama pencarian ini seluruh berlian dijaga oleh mahluk mitologi kan? Dari Merak, Nabau, Cindaku dan yang lainnya. Apa kakak ada ingat mahluk mitologi berbentuk kuda?"

Ucapan Varen mendapat perhatian dari rekan-rekannya, termasuk Eila yang sedari tadi bermain-main dengan jarinya.

"Apa maksudmu Kuda Sembrani?" tanya Radev.

"Iya, bisa saja mahluk terakhir ini Kuda Sembrani."

"Aku setuju dengan Varen. Aku juga ingat guru bilang Kuda Sembrani juga berwarna putih," timpal Faleesha.

"Tapi, bagaimana kita bisa menemukannya? Tak ada petunjuk lagi disini?" balas Radev.

"Kita panggil saja," celetuk Eila dan mendapat tatapan datar dari rekan-rekannya.

"Ya ya panggillah kalau kau bisa," tantang Aksa.

Tanpa basa-basi Eila langsung meneriakkan nama kuda itu. Teriakkannya begitu kencang hingga membuat mereka menutup telinganya.

"Sudah," ujar Eila terkekeh pelan.

Varen hanya menggelengkan kepala melihat tingkah konyol sang gadis.

"Ku rasa aku mulai memaklumi istrimu," celetuk Radev pelan.

"Tapi, aku tidak bisa memaklumi mu," balas Varen dengan tatapan sinis.

"Jadi, kau mengakui dia istrimu?" tanya Radev dan mendapatkan pukulan dari adik tingkatnya itu.

"Kuda di langit itu menghampiri kita!" seru Eila.

"Iya Eila aku tahu ada awan berbentuk kuda di langit, tapi–"

Ucapan Varen terhenti. Gadis itu menolehkan paksa kepala Varen membuatnya menatap langit tempat kuda yang dimaksud. Dan benar saja, seekor kuda putih dengan sayap yang mengepak seakan berlari di langit. Kuda itu menuju ke arah mereka.

Eila berlari mendekati bibir pantai saat sang kuda sudah berada begitu dekat. Kuda itu berhenti tepat di depan Eila. Meski baru pertama kali bertemu, mereka berinteraksi seakan telah mengenal begitu lama.

Eila mengusap kepala sang kuda sebelum memeluk lehernya. Kuda itu juga membalas pelukan Eila dengan merentangkan sayapnya, membuat sang gadis tenggelam dalam pelukan sayap itu.

ARKARA, Kembalinya Sang KesatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang