BAB XXXXVII Bangkitnya Sang Garuda

18 5 6
                                    

Eila berjalan perlahan mendekati Garuda, burung raksasa. Burung itu memiliki bulu yang berwarna kuning keemasan. Kepalanya dihiasi oleh sebuah mahkota perak. Kedua kaki besarnya memiliki cakar yang begitu tajam. Paruh sang burung berwarna emas dan hitam di bagian ujungnya. Burung itu benar-benar terlihat menawan.

"Kau nyata . . . ," ucap Eila mengusap kepala sang burung.

'Saya sudah lama menantikan kedatangan Anda'

Eila terdiam. "Apa yang terjadi? Kenapa aku mendengar suaramu di pikiranku?" tanya Eila bingung.

'Apa Anda tidak ingat? Kita saling terhubung satu sama lain. Tanda biru itu membuat Anda dapat mendengar suara saya.'

Eila tersenyum riang, "Apa karena hal itu pula, aku merasa akrab denganmu?"

'Benar, wahai keturunan Santika. Bahkan tidak hanya itu, Anda juga bisa melihat apa yang saya lihat.'

"Apa yang kau lihat?"

'Anda akan mengetahuinya setelah menutup mata kiri Anda.'

Eila lantas menutup mata kirinya dengan tangan. Ia terpenganga takala melihat bayangan dirinya dalam mata birunya.

"Pengelihatan ini sangat tajam," ucap Eila.

'Mata biru itu membantu Anda untuk melihat apa yang saya lihat.'

Eila mengangguk paham. Ia lantas mengambil belatinya yang terjatuh saat ia terhempas.

"Ayo, kita harus pergi sebelum peperangan ini dimulai."

Garuda menggelengkan kepalanya.

'Ada satu hal lagi yang harus Anda lakukan.'

"Satu hal? Apa?" bingung Eila.

'Anda harus menempelkan kepala Anda dengan kepala Saya.'

Eila hanya mengedikan bahu dan mulai melakukan apa yang dikatakan sang burung. Ia menempelkan keningnya pada kening sang Garuda. Gadis itu juga mengusap kepala sang burung.

Eila tersenyum lantaran kembali melihat bayangannya sendiri. Mata kanan gadis itu seakan memperlihatkan cerminan dirinya. Beberapa saat kemudian mata biru dan tanda biru itu bersinar. Membuat Eila membelak, terpana pada dirinya sendiri.

Eila mendongak saat Garuda menaikkan kepalanya. Ia terkejut saat melihat tangannya yang terangkat setelah mengusap Garuda. Eila menatap seluruh tubuhnya, pakaiannya telah berganti. Belati dan anak panahnya pun menghilang.

Kini Eila menggenakan jarik coklat terang dengan gambar emas yang dililitkan seperti celana panjang. Gadis itu juga mengenakan atasan kemben emas dengan dua kain yang melilit lehernya. Pada bagian luar sebuah pakaian lengan panjang berwana serupa menutupi tubuhnya hanya sampai bagian bawah dada. Pakaian itu tembus pandang sehingga memperlihatkan bahu cantik Eila. Pakaian itu juga disatukan dengan tali putih yang terikat di depan dada Eila.

Rambut yang tadinya terkepang pun berganti. Rambut Eila tergelung setengah dengan bagian bawah yang menggelombang bebas. Gelungan rambut itu juga dikelilingi oleh hiasan berwarna silver.

Eila menarik sebilah pedang yang menggantung dipinggangnya. Pedang itu sangat cantik dan berkilau. Pada bagin gagangnya terdapat lambang Garuda yang sama persis dengan tanda birunya.

"Apa kau yang melakukan ini?"

Garuda mengangguk, 'Saya tidak mungkin membiarkan kesatria saya dipandang rendah oleh musuh.'

Eila tersenyum mendengar ucapan Garuda, "Terima kasih."

"Ta-tapi bagaimana dengan senjataku yang lainnya?" ucap Eila lagi.

ARKARA, Kembalinya Sang KesatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang