BAB XXXXIX Pengadilan

17 4 11
                                    

Para menteri dan dewan kerajaan telah mengakui bahwa Laksmana memanglah pangeran yang selama ini menghilang. Kerajaan pun telah menobatkan sang pangeran sebagai raja di Kerajaan Reswara. Hukuman bagi Tarachandra dan anggotanya pun telah ditetapkan. Sang raja hanya menunggu waktu yang tepat untuk menyatakannya di depan masyarakat.

"Yang Mulia, kesatria Eila Nirwasita dan Nona Kavita telah tiba," teriak seorang pengawal.

"Persilakan masuk!" ucap Laksmana.

Pintu besar itu terbuka. Menampakkan wujud dua orang gadis dengan jarik yang begitu elegan. Mereka berjalan perlahan menghampiri sang raja yang duduk di atas tahtanya. Keduanya pun menunduk memberi hormat.

"Ada perlu apa kalian datang kemari?" tanya Raja Laksmana.

"Yang Mulia, saya memohonkan penyelidikan ulang terkait pembunuhan mendiang Ratu Savita. Saya juga membawa saksi yang mengetahui tentang pembunuhan tersebut," jelas Eila dengan penuh hormat.

"Penyelidikan ulang? Maksud kalian bukan Pangeran Zeev yang membunuh mendiang ratu?"

"Benar Yang Mulia. Saya mendengar sendiri, bahwa Pangeran Gavin mengakui perbuatannya kepada Pangeran Zeev. Namun, Pangeran Zeev tidak dapat melakukan pembelaan lantaran tidak ada yang percaya padanya. Semua bukti yang ditemukan dalam penyelidikan sebelumnya telah dimanipulasi oleh Pangeran Gavin, begitu pula dengan para pelayan yang melihatnya," balas Kavita.

Pangeran Laksmana menganguk paham mendengar penjelasan Kavita. "Hmmm begitu kah, bahkan Tarchandra tidak dapat berlaku adil pada anaknya sendiri. Tapi, kenapa kalian melakukan ini untuk musuh?"

Pangeran Laksmana kini menatap serius kedua gadis itu. Ia terlihat jelas sangat penasaran dengan alasan pembelaan ini.

"Yang Mulia, saya melakukan ini karena Pengeran Zeev lah yang telah membantu saya keluar dari Gua Sarawedi saat pasukan kerajaan menyerang. Pangeran Zeev juga membantu saja lolos dari kejaran prajurit kerajaan saat mencuri berlian. Ia mengorbankan nyawanya sendiri untuk saya," ucap Eila tulus.

"Selain itu, selama ini Pangeran Zeev menyelinap dalam anggota Chandramawa adalah atas tekanan dari Pangeran Gavin. Namun, selama menjadi anggota Chandramawa Pangeran Zeev juga turun tangan membantu masyarakat," tambah Kavita.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan meminta penyelidikan tentang mendiang ratu dan membantu kalian membersihkan namanya."

Kedua gadis itu memberi hormat. Mereka berterimakasih atas keputusan raja yang adil dan bijak. Eila dan Kavita pun memutuskan untuk pamit dan kembali ke ruangan masing-masing.

Saat ini Eila dan rekan-rekannya tinggal di dalam istana, namun itu bukan atas keinginan mereka. Raja Laksmana lah yang meminta mereka untuk tinggal. Selain itu, sang raja juga berjanji akan mengumumkan Chandramawa sebagai perguruan resmi.

Beberapa hari telah berlalu. Suara dentuman kini terdengar di seluruh kota dan desa tepi hutan. Suara itu memanggil seluruh warga untuk berkumpul di halaman depan kerajaan. Mereka berdiri menatap balkon dihadapannya, menunggu kedatangan sang raja.

Tak perlu menunggu lama Raja Laksmana pun keluar dengan para petinggi lainnya. Raja itu mengenakan mahkota dan jubah sutranya. Raja itu juga menerima sorakan kemenangan dari rakyanya.

"Rakyatku, hari ini aku ingin kalian semua menjadi saksi pengadilan bagi para penghianat. Hari ini juga, aku akan mengatakan kebijakan yang telah ku pikirkan secara matang-matang," ucap Laksmana dengan lantang.

"Aku Raja Laksmana, Raja Kerajaan Reswara menyatakan penghapusan terhadap kebijakan kenaikan upeti dan penjualan budak. Dan barang siapa yang melanggar kebijakan ku, aku akan mengadili mereka dengan dewan kerajaan. Selain itu, aku juga menyatakan perguruan Chandramawa sebagai perguruan yang sah telah diakui oleh Kerajaan Reswara. Perguruan Chandramawa bebas melakukan pelatihannya selama tidak melawan kebijakan kerajaan."

ARKARA, Kembalinya Sang KesatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang