Jakarta, 15 Oktober 2000Malam yang sepi nan sunyi, bulan bersinar menerangi bumi. Bersama angin berhembus tenang menenangkan, memberikan kenyamanan untuk beristirahat tenang.
Berbanding terbalik dengan segala kericuhan yang terdengar dari sebuah mansion besar, mengganggu tidur sepasang suami istri bersama putri kecil mereka.
Suara tembakan, jeritan, barang-barang pecah berjatuhan mengusik telinga ketiga insan di sana.. menghadirkan perasaan gundah gelisah.
"Apa yang terjadi?" Sebuah tanya Agraham ajukan dengan tergesa melalui sambungan telepon pada salah satu pekerja.
"Tu-tuann ada banyak orang bersenjata yang mengacaukan mansion, kami semua kewalahan. Sudah banyak dari kami yang tumbang. Sepertinya mereka adalah m-musuh dar-"
Sambungan dimatikan sepihak oleh Agraham.
"Istriku, Aku akan turun ke bawah. Kalian berdua tunggu disini. Jangan keluar, papa sayang kalian." Setelah berucap demikian sembari mencium kening istri dan putrinya, Agraham keluar dari kamar dengan tergesa.
Menuruni tangga, matanya memanas dengan tangan yang perlahan mengepal.Ia pukul salah satu pria yang diyakini bukan bodyguard nya, lantas mengambil pistol yang jatuh ke lantai.
DOR!
"MAMAA!"
Suara tembakan mengudara. Menghadirkan perasaan begitu takut, sehingga dengan segera berkata—
"Sayang? Mama akan ke bawah.. sebentar saja. Janji sama mama jangan ke bawah ya? Tunggu mama papa kembali, mengerti sayang?"
"No mama no! This pincess doesn't want to be alone."
"Of course, princess gak akan sendiri. Mama cuma sebentar hm.. nanti kesini lagi sama papa ya?"
"Pyomise me mama, jangan lama-lama." Pinta putri kecil-nya yang kala itu berusia menginjak lima tahun— dengan begitu, segera Ia balas dengan anggukan.
"Mama papa sayang kamu."
Alya lantas berlari keluar dari kamar dengan perasaan khawatir dan waspada. Di sana, ia dapat melihat suaminya jatuh dengan luka tembak di betisnya.. pun dengan para bodyguard dan maid yang terbujur di atas lantai entah masih bernafas atau tidak.
Berlari sembari menghapus air mata yang sedari tadi sudah berjatuhan.. mendekati suaminya dengan gejolak rasa yang benar-benar merasa murka.
"AGRAA!"
"APAA YANG KAU LAKUKAN!" Ujar Alya sembari menunjuk wajah pria sebayanya yang ia tahu adalah musuh bisnis dari suaminya.
"Killing my enemy, what else? orang yang berhasil lebih unggul daripada aku, memenangkan tender besar, dan hampir membuat perusahaan ku diambang kebangkrutan, lebih baik kalian mati sialan."
"BIADAB PERGI KAU DARI SINII, PERGII!"
"Shut.. kenapa kau harus teriak? Bahkan aku tidak tuli."
"Jika iya kau tidak tuli! Maka dengarkan saya, pergi dari rumah kami! Sebelum saya benar-benar membuat Anda tuli!"
"Iya setelah menghabisi kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Different 'R'
Teen FictionDari banyaknya waktu yang disinggahi, tidak hatinya yang bisa ditempati. Ini tentang mereka. Empat siswa sebuah sekolah di Jakarta. Menyumbang banyak penghargaan, ditambah anugerah wajah tampan pemberian Tuhan, membuat mereka dikenal dan digemari b...