Dari banyaknya waktu yang disinggahi, tidak hatinya yang bisa ditempati.
Ini tentang mereka.
Empat siswa sebuah sekolah di Jakarta. Menyumbang banyak penghargaan, ditambah anugerah wajah tampan pemberian Tuhan, membuat mereka dikenal dan digemari b...
Di sebuah ruangan megah namun kosong, duduk seorang lelaki paruh baya dengan cerutu di jarinya. Di depannya duduk remaja lelaki dengan gaya malasnya.
"Sangat baik."
"Masih tidak mau kembali pada Daddy?"
"Tidak sama sekali."
"Oh come on son, Daddy tidak yakin kamu bisa bertahan hidup tanpa uang."
Perkataan itu sontak membuat sang remaja menurunkan topangan kaki hingga menimbulkan hentakan keras pada lantai. Dengan tajam dirinya berkata.
"Bahkan selama ini aku mengumpulkan banyak uang."
"Pasti tidak seberapa jika kamu kembali dengan Daddy-mu ini nak."
"Enough!"
"Saya tidak akan pernah kembali lagi pada Anda. Will never! Jangan pernah mengurus hidup saya, mau saya bisa bertahan hidup ataupun tidak!"
Setelah lelaki itu mengucapkan kalimat tersebut, segera ia beranjak keluar dari ruangan dengan hawa panas tersebut.. sebelum kembali dihentikan oleh ucapan dari pria berumur yang tak lain adalah Ayah-nya.
"Maaf. Daddy minta maaf. Tolong kembali lagi tinggal bersama Daddy. Sangat, Daddy sangat berharap nak."
Ucapan itu terdengar gamang.
"Untuk apa? untuk memperbanyak harta Anda lagi? Dengan cara yang salah?" Ucapnya seraya membalikkan badan. Mencari ketulusan dari mata lawan bicaranya, namun ia tidak menemukan, hanya terpampang tatapan dingin dengan raut tanpa ekspresi di sana.
"Tcih.. bahkan Anda tidak benar-benar meminta maaf."
"Aku pergi."
€
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
€
Kantin SMA Cakra Raya kini tidak seperti biasanya. Jika hari biasanya mereka sibuk berkutat dengan buku di perpustakaan, kali ini tidak. Banyak murid yang pergi ke kantin utama.
Tidak hanya karena makan, tetapi juga karena Putra Putri sekolah yang lagi-lagi terlihat kompak dengan jalan beriringan. Bedanya terdapat Budiano, Davin, dan Nora bersama mereka.
"EXCUSE MEE! PRINCE AND PRINCESS KITA MAU MAKAN NIH." Siapa lagi suara menggelegar itu kalau bukan Budiano.
"Aishh suara lo cempreng tau gak!"
"Apasih mak Nor, ganggu aja jadi orang."
"Apaan Mak Nor. Nama gue Nora. Lagian yang ganggu itu lo ya Budi! teriak-teriak gak jelas." Gadis bernama Nora itu menyamakan langkahnya dengan Budiano. Melihat seksama tidak percaya dengan ucapannya.