32 MENGHILANG

440 81 5
                                    

𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'


Bunyi sambungan telefon tak terhubung.. beradu dengan bunyi ketikan keyboard di ruangan kedap suara ini. Jeyen yang sibuk mencoba menghubungi Retania, dengan Pak Doni yang senantiasa melacak titik lokasi yang sempat didatangi Retania terakhir kali.

"Please.. sayang, angkat." Jeyen masih terus berusaha menghubungi Retania.

Beberapa jam yang lalu, ponsel milik Retania sempat menyala dan berhasil tersambung dengan panggilannya. Dengan kesempatan itu, Jeyen segera melacak keberadaan sang gadis.. yang ternyata berada pada sebuah jalanan kecil dengan pepohonan lebat disekelilingnya.

Bergegas mengerahkan bodyguard ke sana untuk menelusuri sepanjang jalan itu.. guna mengira kemana perginya Retania. Namun, selama satu setengah jam terakhir... Jeyen masih belum mendapat laporan yang memuaskan.

"Kegiatan terakhir pukul sembilan malam, Nona sudah sampai di apartemennya tuan, diantar oleh Mamanya Heron." Pak Doni menjelaskan, masih dengan pandangan pada komputer di depannya.

"Setelah itu tidak keluar lagi?"

"Tidak, saya sudah meretas cctv area sekitar.. dan memang Nona tidak keluar setelah masuk ke unitnya."

Jeyen diam berpikir, rautnya terlihat tenang.. namun jauh dengan perasaannya yang merasa takut dan marah akan dirinya sendiri yang tak becus untuk menjaga gadisnya.

Menyesal... Ia sangat menyesal melepas bodyguard untuk mengawasi gadisnya selama 24 jam. Jika akan terjadi kejadian seperti ini, Ia tak akan menuruti perkataan Retania yang tidak ingin diawasi dan dijaga terus menerus-- lantaran alasan merasa tak nyaman.

"Apa ini ulah pria tua itu?"

Mendengar kabar jika gadisnya menghilang, hal yang pertama kali terpikirkan adalah sosok ayahnya-- Mengingat bahwasanya kabar putri satu-satunya Agraham masih hidup telah terdengar oleh pria berumur tersebut.

Sebuah dering ponsel menginterupsi Jeyen dari keterdiamannya, yang lantas segera Ia angkat.

"Langsung saja."

"Kediaman Tuan Aston telah kosong sepuluh hari ini Tuan. Menurut tetangga sekitar, beliau pindah dan mengosongkan bangunan ini tanpa dijual atau disewakan."

"Pindah kemana?"

"Maaf, belum ada informasi lebih lanjut."

Jeyen mematikan sambungan telefonnya. Dengan dahi berkerut lantaran bingung, dan berpikir kemana sekiranya mereka pergi.

Tangan terkepal, rahangnya-pun kian mengeras... membayangkan jika gadisnya benar-benar ada pada pria tua itu, dan berakhir terluka barang sekecil-pun.. Jeyen benar-benar tidak akan berpikir dua kali untuk menyerahkan surat-surat bukti kejahatan yang selama ini pria tua itu lakukan.

Jeyen beralih mendial nomor bodyguard-nya yang Ia perintah untuk menelusuri titik lokasi terakhir Retania.

"Bagaimana?"

"Maaf tuan, masih belum ada titik terang."

Jeyen yang mendengarnya lantas menghela nafas. Memijat kepalanya yang pening lantaran tidak tidur dari pukul satu malam hingga kini jam telah menunjukkan pukul delapan pagi.

Tidak, tidak hanya Jeyen yang merasakan ini semua. Ada lelaki lain yang sama resah dan pusingnya mencari keberadaan Retania yang hilang begitu saja.

Semuanya... berawal dari Suci yang memberi kabar.

A Different 'R'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang