𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'
Waktu telah menunjukkan pukul 09.48. Namun kini terlihat matahari masih enggan menampakkan wujudnya. Bersembunyi dibalik gumpalan awan yang mendung, namun hujan belum kunjung turun.
Angin sepoi-sepoi mengiringi langkah seorang gadis hingga menerbangkan helai rambutnya yang panjang. Menapakkan kaki seorang diri di lahan luas yang dipenuhi gundukan tanah. Hingga langkahnya terhenti disebuah makam yang terlihat terurus.
Gadis yang tak lain adalah Retania. Ia berjongkok diantara dua makam kedua orangtuanya. Meletakkan bunga Anyelir putih untuk keduanya, tak lupa menaburkan kelopak mawar merah dan putih.
"Hai papa mama."
"Princess besar disini."
Setetes air mata jatuh dari mata indah Retania. Senyap sesaat, ia masih sibuk memandangi kedua makam kedua orang tercintanya.
Perlahan namun pasti, air mata Retania jatuh semakin banyak, diiringi nafasnya yang tercekat hingga dadanya mulai terasa sesak.
Seakan semesta ikut merasa duka, perlahan rintik hujan turun dari langit. Awan yang semakin mendung, dengan angin sejuk menerpa wajah Retania seakan mengeringkan bekas air mata di sana.
"Mama Papa, Re sudah besar.. Aku sudah bisa bilang R. Re is not child anymore."
"Papa.. Papa tau gak? Sekarang Re badannya tinggi.. enggak pendek seperti dulu lagi. Rambut aku juga panjang mirip sama Mama dulu. Aku suka liat foto Mama dulu Pa, kalau dilihat aku emang mirip sama Mama ya Pa? Tapi masih cantikan Mama."
"Dulu Papa suka bilang cantikan aku daripada Mama, sekarang Papa masih bisa bilang gitu lagi gak ke Re?"
"Rasanya rindu sekali."
Walau berat harus membuka mulut untuk berbicara sekaligus bernafas lantaran hidungnya tersumbat, namun Retania tetap berbicara meskipun sepenuhnya sadar tidak akan mendapat sahutan.
"Mama... inget gak? malam itu mama bacain cerita Red Shoes and The Seven Dwarfs. Sedih banget belum sampe ending tapi Re nya sudah bobo. Sampe sekarang aku gak tau ending nya gimana Ma. Nanti Mama ceritain endingnya waktu kita ketemu di Surga ya Ma."
"Honestly, aku gamau kayak gini. Sedih sekali kalian gak bisa kasih respon bicaranya ini."
"Ma Pa, I really miss you. I miss your hugs, I miss your smiles. I miss everything."
"Rasa-rasanya Re gak bahagia sama sekali setelah kepergian kalian."
"Papa Mama tenang di sana ya. Aku disini akan coba terus semangat hidup, karena ada suatu hal yang belum bisa aku wujudin. Re masih punya Grandpa, ada Mama Nita, Papa Alfari, Heron, J, and now ditambah lagi Reygen, Kak Jeyen sama Kak Ednan. Mereka semua baik dan sayang Re.. walau kadang-kadang menyebalkan sekali."
"Seiring berjalannya waktu, pasti aku ketemu sama orang-orang baik lainnya."
"Re janji akan secepatnya bales Om jelek sama bocil itu."
Hampir satu jam Re berada di sana, kini angin tertiup semakin kencang.. air yang turunpun semakin banyak. Setelah mencium kedua nisan makam orang tuanya, Retania berdiri. Lantas mengulas senyum termanisnya meskipun sorot matanya terlihat hampa.
"Dadah Papa Mama, I loves you and I always miss you."
Setelah memasang kaca mata untuk menutupi kedua matanya yang bengkak. Kini Retania melangkah pergi dan menuju ke sebuah Lamborghini Veneno yang dikirimkannya oleh Grandpa dua hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Different 'R'
Teen FictionDari banyaknya waktu yang disinggahi, tidak hatinya yang bisa ditempati. Ini tentang mereka. Empat siswa sebuah sekolah di Jakarta. Menyumbang banyak penghargaan, ditambah anugerah wajah tampan pemberian Tuhan, membuat mereka dikenal dan digemari b...