Dari banyaknya waktu yang disinggahi, tidak hatinya yang bisa ditempati.
Ini tentang mereka.
Empat siswa sebuah sekolah di Jakarta. Menyumbang banyak penghargaan, ditambah anugerah wajah tampan pemberian Tuhan, membuat mereka dikenal dan digemari b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pertengahan jam belajar sekolah minggu ini.. Retania, Jeyen, Ednan, Reygen juga Heron akan disibukan dengan segala persiapan lomba masing-masing. Tidak seperti biasanya.. Heron, Reygen, Ednan yang akan semangat sekali berlatih untuk lomba mereka, kini mereka memulainya dengan drama.
Berbeda dengan Jeyen yang kini sangat bersemangat, berusaha menahan senyum yang ingin sekali terlihat di wajah tampannya— mengukir lesung pipit yang akan terlihat. Namun kali ini kebahagiaan nya dihancurkan oleh tiga manusia menyebalkan.
Mari kita saksikan drama dadakan mereka.
"Aduh kalian ini? Kenapa belum mulai juga berlatih? Waktu kita tidak banyak." Itu Miss Tasa, setelah mendengar kabar bahwa murid kesayangannya tidak berkenan latihan.. membuatnya dengan segera menghampiri mereka.
"Tidak bersemangat." Ucap Reygen yang saat ini sedang memejamkan mata dengan tangan bersidekap. Reygen tolong ingat sopan santunmu.
"Kalian tidak seperti biasanya seperti ini."
"Apa mau saya pesankan makanan? bisa saja kalian lapar kan?" Guru perempuan tersebut sudah bersiap dengan apa yang dikatakan.
"Miss Tasa. Sebelum latihan, bukankah perlu energi dan stamina?"
"Perlu.. sangat perlu Ednan. Maka dari itu Miss Tasa pesankan makanan untuk kalian dengan segera."
"Energi saya dicuri Retania Miss." Retania yang namanya dibawa-bawa oleh pria penghuni rooftop ini pun mengangkat alis kirinya heran.
"Apa? Kamu terlalu lapar Reygen, bicaranya tidak jelas seperti itu."
"Terimakasih itikad baiknya untuk membelikan kita makanan Miss. Tapi saya rasa, bukan itu yang saya mau."
"Sama yang saya ucapkan tadi, jikalau Re sudah mengambil energi sekaligus semangat saya. Jadi dia harus tanggung jawab. Benar begitu Miss Tasa?"
"Saya juga." Ucap Heron dan Ednan serentak yang sontak saja membuat Jeyen berdecak sebal. Tau sekali keinginan mereka.
"Maaf Miss Tasa, saya tau sekali mereka hanya ingin menggangu waktu saya dengan Retania. Jadi lebih baik kita berdua langsung mulai belajar saja."
"Tidak bisa Miss. Intinya saya tidak mau latihan jika tidak ditemani Re."
"Itu derita lo."
Perdebatan kecil itu membuat sang guru memijat pelipisnya pening. Heran anak-anak seperti mereka dapat membuat drama yang konyol juga.